Codex Genetika

Firsty Elsa
Chapter #9

Sepotong Peta Dan Rahasia

Tabitha terdiam sejenak sambil menatap tumpukan buku sejarah yang menumpuk di meja. Dengan piyama tidur yang nyaman dan rambut yang terurai acak-acakan, dia seakan melawan rasa kantuk yang terus menghinggapinya.

"Bener-bener ya, ini sejarah, bikin gue muak banget baca sebanyak ini," keluhnya sambil memandangi halaman-halaman buku yang penuh dengan teks panjang. Setiap paragraf terasa semakin membosankan, dan kepala Tabitha mulai terasa pusing, tetapi dia tahu tugas ini harus diselesaikan malam ini.

“Kenapa ya, buku sejarah itu selalu membosankan unuk dibaca,” gumamnya sendiri, sambil menyandarkan kepala di punggung kursi.

Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah buku yang tampaknya tidak sengaja terjatuh dari rak. Buku itu terlihat usang dan sedikit berdebu, berbeda dari buku-buku sejarah lainnya yang ada di ruang perpustakaan pribadinya. Tabitha merasa penasaran dan mengambil buku itu, membukanya dengan hati-hati. Halaman-halaman pertama tampak biasa, tetapi saat dia membuka lebih dalam, ada sesuatu yang menarik perhatiannya—di dalam buku itu terdapat catatan-catatan kecil yang tampaknya bukan bagian dari isi buku utama.

"Aneh," pikirnya, matanya kini mulai tajam. “Ini punya siapa ya? Papa kayaknya nggak mungkin punya yang kayak gini.” Tabitha memeriksa lebih dekat dan merasakan ketegangan yang aneh. Dengan rasa penasaran yang semakin besar, dia mulai membalik halaman-halaman buku itu, tanpa menyadari bahwa di tengah-tengah pencarian tugas sejarahnya, dia menemukan sebuah kertas.

Tabitha membuka lipatan kecil kertas tersebut dengan hati-hati. Kertas itu tampak sangat usang, dengan tepi-tepi yang sudah mulai menguning, dan setiap lipatannya terkesan tidak sengaja.

"Ini... peta? Tapi kok nggak penuh ya?" Tabitha bergumam pelan, matanya mengikuti garis-garis yang ada pada peta tersebut. Beberapa simbol dan tulisan di atas peta terlihat kabur, namun ada beberapa tempat yang tampaknya menunjukkan lokasi-lokasi tertentu dengan tanda yang tidak dikenalnya.

Pikirannya mulai berputar. "Kok bisa?"

Tabitha memandangi peta itu dengan seksama, mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang makna dari potongan yang ada di tangannya. Dia segera menyimpan potongan peta itu dengan hati-hati dan bertekad untuk mencari tahu lebih banyak.

***

Siang itu, Zunaira duduk di pojok perpustakaan yang sepi, dikelilingi oleh tumpukan buku yang ia ambil untuk tugas bahasa Indonesia dan juga karya ilmiah yang sedang dikerjakannya. Meski seharusnya dia fokus menyicil pekerjaan, pikirannya sering teralihkan pada potongan peta kuno yang masih terselip di dalam tasnya. Peta itu ditemukan di loteng rumah nenek-kakeknya beberapa waktu lalu, dan hingga kini, Zunaira masih merasa penasaran dengan asal-usulnya.

Dengan hati-hati, dia mengeluarkan potongan peta dari tas dan memandangnya lagi. "Gue penasaran, kenapa peta ini kaya sengaja disobek ya?" pikirnya, sambil mengangkat potongan kertas itu di hadapan matanya.

"Neya? Peta itu...?" tanya Daniel dengan suara rendah namun penuh rasa ingin tahu. Entah sejak kapan, laki-laki itu sudah berada di sekat Zunaira—dengan buku ekonomi di tangannya.

Zunaira sedikit kebingungan dan menatap Daniel dengan ekspresi heran. "Lo... tahu peta ini?" tanyanya, suara terdengar sedikit ragu.

Daniel mengangguk pelan, lalu melangkah mendekat. "Gue punya potongannya lagi, tapi cuma satu," lanjutnya, suara yang lebih berat karena dia tampaknya juga penasaran dengan potongan peta yang Zunaira pegang. "Gue nggak tahu kenapa, tapi gue merasa peta ini penting, Ney. Serius."

"Lo yakin lo punya potongan lain, Niel?" tanya Zunaira, suaranya penuh rasa penasaran. "Peta ini... kayaknya bukan cuma peta biasa. Ada sesuatu di balik ini, kan?"

Daniel mengangguk, wajahnya terlihat serius. "Iya, gue nemu potongan itu di kantor bokap gue. Tapi... gue juga nggak ngerti apa yang harus kita cari atau kenapa peta ini terpisah-pisah. Yang jelas, kayak ada sesuatu yang disembunyiin," ujarnya, terlihat semakin yakin.

Zunaira merasakan ketegangan yang sama dalam diri Daniel, dan sekarang, lebih dari sebelumnya, rasa penasaran itu meluap dalam dirinya. "Kita harus cari tahu lebih banyak, Niel. Peta ini pasti ada hubungannya dengan sesuatu yang besar," ujar Zunaira dengan keyakinan.

"Lo bawa potongannya nggak, Niel? Gue mau liat," tanya Zunaira dengan penuh rasa penasaran.

Lihat selengkapnya