Codex Genetika

Firsty Elsa
Chapter #11

Di Antara Detak Jantung dan Detak Harapan

Langit malam terlihat gelap gulita saat mereka akhirnya keluar dari tol dan memasuki jalan-jalan kecil yang lebih sunyi. Daniel memperlambat laju mobil, mencari warung kopi terdekat. Warung kopi itu sudah tutup karena tidak ada penghuninya sama sekali.

“Kita parkir di sini,” kata Daniel, memutar setir dan memarkir mobilnya.

Zunaira segera melirik ke arah gang kecil di seberang jalan. “Gang itu jalan ke perumahan. Dari sana kita bisa jalan kaki, tapi pelan-pelan aja. Soal satpamnya udah aman.”

“Udah kayak agen rahasia aja,” canda Angga, meski suaranya rendah.

“Gue serius, Ngga,” balas Zunaira sambil menatap tajam. “Kalau berisik takutnya orang lain keganggu, gue nggak mau keliatan orang di sini.”

“Gue ikut Neya keluar, kalian berdua jaga di sini.” Daniel baru saja keluar dari mobil sambil membawa hoodie hitamnya yang langsung diserahkan pada Zunaira. Dia memandang teman-temannya dengan tatapan serius. Angga menatap balik dengan dagu terangkat, mencoba menunjukkan keberanian meskipun Daniel tahu betul, gelap adalah kelemahannya.

"Ngga, lo tahu kan kenapa gue bilang ini? Gue nggak bercanda," Daniel memulai dengan nada rendah namun tegas. "Lo bakal jadi kunci rencana kita kalau ada apa-apa. Tapi kalau lo kehilangan fokus, kita semua bisa kena masalah besar."

Angga mendesah berat, menundukkan kepala sebentar sebelum membalas. "Gue nggak takut sama malam, Niel. Gue cuma benci gelapnya."

Daniel tersenyum miring. "Gelap atau malam, itu sama aja buat lo, Ngga. Tapi denger ini baik-baik, gue nggak mau lo pingsan atau panik. Lo harus tetap waras sampai kita selesai semuanya."

Tabitha yang berdiri di samping Angga menepuk bahu sahabatnya pelan. "Lo bisa, Ngga. Lagian, di sini ada gue, kok. Kalau lo mulai hilang kendali, gue yang pegang kendali malam ini."

Angga mendongak, lalu mengangguk pelan pada Tabitha. "Oke, gue bakal coba. Tapi gue nggak janji kalo gue bakal baik-baik aja."

Daniel menghela napas lega. Dia tahu Angga adalah bagian penting dari tim mereka, tapi malam dan gelap adalah tantangan besar baginya. Daniel kemudian beralih ke Tabitha, menatapnya dalam-dalam. "Ta, gue percaya lo buat jaga di sini. Kalau ada apa-apa, lo yang harus ambil keputusan."

Tabitha menegakkan bahunya. "Tenang aja, Niel. Gue bakal pastiin nggak ada yang salah di sini."

Setelah memastikan semuanya siap, Daniel berbalik ke arah Zunaira yang sudah bersiap, mengenakan hoodie hitam milik Daniel dengan rok sekolah yang belum diganti. Maklum, mereka tidak ada yang sempat berganti pakaian. Di tangannya, dia menggenggam ponsel dengan pesan terakhir dari Zidan.

"Kita langsung aja, Ney," ujar Daniel sambil menyerahkan kunci mobil pada Tabitha. Dia lalu melirik kembali ke Angga dan Tabitha. "Lo tahu prosedurnya kalau ada apa-apa. Jangan terlalu jauh dari tempat ini, tapi pastikan lo tetep aman."

"Siap, komandan," Tabitha menjawab sambil memberikan salam hormat pura-pura.

Daniel tersenyum tipis, udara malam menyambut mereka dengan dingin yang menusuk. Zunaira memimpin langkah, sementara Daniel mengikuti di belakangnya, memastikan tidak ada yang tertinggal.

Mereka berjalan menyusuri gang gelap menuju rumah almarhum kakek dan nenek Zunaira. Sampai di lokasi, Zunaira berhenti sejenak di depan tangga kayu yang sudah disiapkan Zidan. Zunaira menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian. Namun, saat dia mengangkat kakinya untuk memulai langkah pertama, tiba-tiba kepalanya berputar hebat.

Tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan, dan dia hampir terjatuh ke belakang. Beruntung, Daniel dengan reflek cepatnya ada berdiri tepat di belakangnya langsung menangkap tubuh Zunaira sebelum terjatuh ke tanah.

"Ney! Lo nggak apa-apa?" Daniel bertanya dengan nada cemas, satu tangannya memegang erat bahu Zunaira, sementara tangan lainnya menopang pinggangnya agar tetap berdiri tegak.

Zunaira mengangguk pelan, meski wajahnya masih sedikit pucat. "Gue... gue nggak apa-apa."

Daniel menghela napas, menatap Zunaira dengan khawatir. "Kalau lo nggak yakin bisa naik, biar gue aja yang ambil jurnalnya. Lo tunggu di sini."

Lihat selengkapnya