COFFE BREAK

ST Nuraeni Ependi
Chapter #4

Jenaka dari Detetktif Casanova

“Margaret, maafkan atas kebodohanku.”

Nona cantik yang sedang bersama Latisya itu pun berhenti terisak. Dia meyakini bahwa suara itu orang yang sudah membuatnya hancur.

 Vinsmoke menahan pria itu, “apa yang kau harapkan, Tuan? bukankah kau sudah mengabaikan wanita yang sedang merana. Lalu?! Kenapa kau datang lagi, kau menjilat air ludahmu sendiri.

Vinsmoke terheran, bukankah dia memakai baju yang berbeda. Lalu? Apa gerangan, dia membawa buket. Pria yang tidak tahu malu. Pikir Vinsmoke

“Pertanyaan yang cukup banyak ya.”

“Tenang Tuan berambut pirang, aku tidak akan membuat kegaduhan. Aku hanya ingin menjemput terkasihku.”

“Wah … wah. Sepertinya Anda cukup percaya diri, Tuan. Saya cukup terkesan dengan kebodohan Anda.”mata Vinsmoke menatap pekat dan kesal kepada pria itu.

“Apa maksudmu? Bodoh!!!”

 Pria itu memekik, suaranya menggema di sudut paling terdekat Nona cantik bernama Margaret itu. Dengan segala kekesalan, dia menyuarakan gelarnya kepada Vinsmoke. “Kau pikir saya pria tak berpendidikan.”

“Asal kau tahu saja Tuan BERAMBUT PIRANG, gelarku tak akan sebanding dengan gelar kokimu. Saya terlahir dari garis keturunan biru. Dan –“

Vinsmoke memotong ucapannya, dia menyilangkan tangannya yang ramping ke atas dadanya dan berbicara cukup sinis kepada pria itu, “saya pikir percakapan ini sudah sampai di sini, apakah kau akan bercakap terus-menerus dan membuat wanita terkasihmu pergi tanpa penjelasan yang pasti dari kamu, Tuan?”

“Kalau itu maumu Tuan berambut pirang, saya akan mengakhiri percakapan tak berarti ini. Tapi, jangan salahkan saya kalau saja kedai ini tidak lagi menapaki tanah,” ucapannya sedikit congkak, bahunya melebar; begitu pula dengan dagunya, diangkatnya tinggi-tinggi sehingga menyerupai karakter animasi bernama popeye.

     Vinsmoke menahan rasa kesalnya, menutup matanya sekejap untuk mengurangi rasa hausnya akan emosional yang membludak. Kemudian berjalan pelan menjauhi pria itu, mendekati pintu yang masih tertutup rapat, lalu dibukanya seraya menghela nafas dan berkata dengan intonasi yang cukup pelan, “Tuan, untuk mengurangi rasa ketidak hormatanku saya mohon maaf untuk segalanya. Kalau begitu silahkan Anda keluar dari kedai saya.” Ucapnya sambil menunduk hormat kepada pria yang sedari tadi sudah membuatnya geram tak terarah.

     Pria itu tersenyum kaku, mengepal erat tangannya. Nampak terlihat urat-urat nadinya terlihat dengan warna ke merah mudaan. Menahan rasa malunya, karena sudah dibuatnya seperti ini. Vinsmoke berdiri tegak di samping pintu yang telah dibukanya setelah menunduk memberikan rasa hormat cukup lama.

Lihat selengkapnya