Kata orang kesempurnaan tidak datang begitu saja, melainkan diupayakan. Aku setuju. Seperti secangkir cokelat hangat di depanku ini. Entah mengapa hanya di sini terasa enak dan pas di lidahku.
Sore itu berawan, keteduhan membuat aku betah berlama-lama di kafe itu. Tak terasa sudah dua jam aku menikmati cokelat—yang tak lagi hangat tentunya—bersama Pintu Terlarang-nya Sekar Ayu Asmara. Novel yang sudah lama aku beli, tetapi baru sempat kubaca.
Melihat awan semakin pekat, aku berpikir hujan akan turun beberapa saat lagi. Aku pun meraih cangkir yang masih berisi dua tiga tegukan lagi. Sialnya ....
“Woi! Jangan lari!”