Cokelat Patah Hati

Pantaji Gongju
Chapter #1

1. Cokelat Patah Hati

Aletha Andriani, seorang gadis yang baru saja menginjak usia dua puluh tahun. Percaya atau tidak, dia sudah dua puluh kali mengalami patah hati. Dan pengalaman patah hatinya yang pertama kali, membuat Aletha menangis, galau sampai dia harus dirawat di rumah sakit.

Patah hati Aletha bukan hanya diputuskan kekasihnya, tapi ada sebagian yang disebabkan oleh gebetannya. Melihat gebetan jadian sama orang lain itu membuat jantung membeku. Padahal hanya gebetan, orang yang disukai Aletha secara diam-diam. Apalagi jika pacar minta putus dengan alasan 'kamu itu terlalu baik', klasik banget, kan?

Perasaan sakit itu kini kembali dirasakan Aletha. Dia baru saja putus dengan pacarnya karena alasan 'Aletha terlalu baik'. Memang apa salahnya jika terlalu baik?

Apa perlu Aletha jadi pembunuh dulu, baru hubungannya akan bertahan lama?

Kini ia sedang berkutat dengan resep Cokelat Patah Hati racikannya sendiri yang sudah sering dia buat. Ramuan yang benar-benar ampuh untuk melenyapkan perasaan sakit. Ya, bagi Aletha ini sangat mujarab. Cukup sekali dia merasakan patah hati yang begitu parah.

Jujur saja, setelah membuat resep ini, Aletha merasa sudah menjadi orang yang paling bodoh karena telah menangis bahkan sampai dirawat akibat seseorang yang mengkhianatinya beberapa tahun lalu.

Aletha tersenyum saat mengeluarkan Cokelat Patah Hati buatannya dari kulkas. Cokelat-cokelat kecil yang kemudian dia bungkus dengan menggunakan plastik wrap dan disusun ke dalam sebuah toples plastik.

"Kita makan bareng Shita, ya."

Aletha mengangkat toples yang sudah dipenuhi cokelat dua tipe buatannya dan mengajaknya berbicara seakan toples itu makhluk hidup.

Shita itu sahabat Aletha satu jurusan di kampus. Mereka sudah saling kenal dari SMP. Persahabatan mereka berlanjut sampai kuliah bersama satu orang lainnya, Keyla.

Kemarin malam Shita menelepon Aletha bahwa dia putus dengan pacarnya yang sudah menjalin cinta selama 4 tahun. Tahu sendiri, kan kalau teman sendiri patah hati itu ribetnya minta ampun. Jadi tempat pembuangan air mata. Masih mending kalau cuma air mata. Kalau campur ingus, kan jijik. Ewh.

Bunyi gawai nyaring berteriak dari balik sakunya. Aletha segera mengambil benda pipih itu dan menggeser tombol hijau lalu menempelkan ponsel di telinganya.

"ALETHAAAA ... LO DIMANA?!" teriak Keyla begitu Aletha mengangkat telepon yang membuat Aletha menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Ga usah teriak juga kali!" ucap Aletha kesal.

Suara Keyla menambah tingkat suasana hati Aletha menurun lebih drastis. Dari suasana hati buruk, ke suasana hati sangat buruk.

Dia menyibakkan rambut hitam sepunggungnya dan menyempilkan anak rambut ke belakang telinga dengan wajah yang beringsut kesal.

"Lo liat dong ini jam berapa?!"

Aletha mengangkat tangan kanannya untuk melihat jam yang melingkar di tangannya. Matanya membulat ketika tahu dia sudah menghabiskan waktu yang sangat banyak untuk membuat cokelat dan hanya tersisa waktu 10 menit menuju mata kuliah dosen yang paling galak satu jurusan.

"Lo kenapa ga telepon dari tadi sih?!" Aletha panik segera memasukkan toples ke dalam tasnya dan bergegas ke luar rumah.

"Gue udah line, bbm, whatsapp, DM, telegram, ga ada yang lo bales satu pun! Lo tau sendiri kalo gue cuma punya pulsa internet!"

Lihat selengkapnya