Hati yang terluka itu mudah goyah. Maka, yakinkanlah dulu hatimu sebelum berpindah ke lain hati.
=====
Aletha semakin rajin duduk di taman seorang diri. Dia memperhatikan gebetan barunya dari jauh yang sedang asyik bermain dengan kameranya.
Kaos putih dengan outer kemeja lengan panjang kotak-kotak merah, celana jeans, dan sepatu putih. Sedikit ada jambang, terkesan manly.
Tempo hari yang lalu, saat laki-laki berkulit sawo matang itu ketahuan sedang mencuri gambar Aletha, ia segera menghampiri Aletha dan meminta maaf karena sudah mengambil gambar secara diam-diam.
Reaksi Aletha berbanding terbalik dengan Keyla dan Shita. Jika Keyla dan Shita langsung ngamuk dan memaki-maki laki-laki itu, Aletha malah tersenyum dan berkata, "Ngga apa-apa kok."
Aletha jatuh hati kepada lelaki yang bernama Erik. Ini cara cepat mengobati luka hatinya. Butuh objek lain yang membuatnya tersenyum agar kesehariannya cepat pulih.
Mungkin bagi orang yang belum mengenal Aletha, gadis ini seperti orang yang mudah berganti haluan ketika sudah meninggalkan kisah cintanya yang lalu. Padahal Aletha tidak semudah itu menekukkan hatinya untuk orang lain. Hanya distraksi. Demi mengalihkan sakit hatinya agar tidak semakin berlarut-larut.
Jika rasanya manis, tidak ada salahnya kan jatuh hati?
"Hai teman!" Orion tiba-tiba duduk di samping Aletha yang membuat gadis itu tersentak.
Jari jemari gadis itu menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga dan menoleh kepada Orion dengan tampang bingung. "Teman?"
"Iya! Teman! Kita udah temenan kan?"
Aletha terkekeh. "Iya sih, tapi kata 'teman' nya itu ga usah disebut juga kali."
"Biar semua orang tahu kalau kita ini sudah berteman."
"Alay lo!" ucap Aletha dengan senyum merekah di wajahnya.
Orion mengeluarkan kantong keresek dari dalam tasnya. Dia kemudian mengeluarkan es krim cone dan memberikan satu untuk Aletha, satu es krim lainnya untuk dirinya.
"Nih, buat lo."
"Wih, tau aja sih kalo gue lagi pengen yang dingin-dingin." Aletha segera menyambar es krim di tangan Orion dan membuka bungkus lalu menjilat bagian atas es krim terlebih dahulu.
Sesekali Aletha bergidig karena dinginnya es krim yang menyentuh lidah dan bibirnya.
"Enak!" seru Aletha.
"Apalagi gratis ya?"
Aletha nyengir. "Ya jelas dong. Ga ada yang lebih nikmat dari es krim gratis. Makan es krim udah nikmat, tambah gratis, beuh, rasanya jadi nikmat banget."
Orion tertawa melihat ekspresi Aletha saat dia mengungkapkan kenikmatannya menyantap es krim. Orion kemudian membuka es krim miliknya dan ikut menyantapnya sambil mengedarkan pandangan ke seluruh taman.
"Rion, gue punya gebetan baru loh!" curhat Aletha.
Kretek!
Berasa ada yang retak di hati Orion. Orion sempat terdiam. Namun dia segera menyunggingkan senyumnya.
"Lo cepet banget move on-nya."
"Diiiih, ngapain galau lama-lama. Seumur hidup, gue ngerasain patah hati yang paling parah itu cuma satu kali, ampe gue di rawat dong! Abis itu gue nyesel banget udah broken heart segitu parahnya. Dan yang bikin gue lebih nyesek, begitu gue keluar rumah sakit, mantan gue udah pacaran lagi dong!"
"Haha. Kasian banget sih lo! Jangan nyampe deh kayak gitu lagi," kata Orion disela tawanya. "Trus, lo udah kenal sama itu cowok?"
Aletha menjilat es krimnya dan melirik ke arah Erik yang berada dalam jangkauan pandangannya. "Kemarin kita udah kenalan. Tapi sebatas kenal aja. Dan dia juga baru sebatas gebetan gue aja."
"Ngarep lebih?" Orion menatap Aletha yang sedang menerawanga, menunggu jawaban gadis itu tanpa melahap es krimnya yang mulai mencair.
Aletha tersenyum. "Emmm, belum ngarep banget sih." Gadis itu menjilat sudut bibirnya. Ia mencondongkan sedikit tubuhnya sambil berbisik, "takut patah hati," katanya.
Aletha dan Orion kembali menjilati es krimnya yang mulai menetes karena leleh tersengat panasnya matahari. "Kan tinggal makan cokelat patah hati." Orion melirik Aletha sambil tersenyum manis. "Lagian lo kasih nama cokelatnya Patah Hati sih! Coba kalo ganti nama jadi Cokelat Jatuh Cinta, siapa tau gue bisa jatuh cinta sama lo!"
"Ngaco lo jadi orang!"
Orion terkekeh. Dalam hatinya, dia berharap Aletha bisa memberikan sedikit waktu untuknya. Hanya dirinya dan Aletha. Tidak ada campur tangan orang lain. Saling mengenal karakter masing-masing. Mengakrabkan diri. Berharap ada kecocokan di antara mereka berdua.