Salahkah ku bila,
Kaulah yang ada di hatiku....
=====
Orion berencana langsung pulang saat keluar dari toilet tanpa sepengetahuan Aletha. Namun ternyata, Aletha sudah ada di hadapannya dengan kening berkerut.
"Loh, kok lo di sini?" tanya Aletha.
Orion tersenyum tipis. "Ini kan tempat umum, cantik."
Aletha terdiam. Rasanya Orion begitu berbeda saat ini. Tidak seperti Orion biasanya.
"Lo sakit?" Aletha refleks mengulurkan tangannya untuk menyentuh kening Orion.
"Ngga," jawabnya singkat.
Aletha menarik lagi tangannya dan memandang lekat Orion tepat di manik mata dengan dahinya yang berlipat.
"Tapi lo keliatan ngga oke. Kayaknya lo cape banget."
Orion mengusap tengkuknya. "Gue emang lagi cape. Butuh istirahat."
Aletha terkekeh, "Ya kalo istirahat di rumah dong, bukannya ke sini! Emang lo abis ngapain? Perasaan tadi pagi lo masih seger-seger aja."
"Gue abis lari," ucap Orion.
"Lari? Lari ngapain?"
"Lari ngejar gebetan yang dibawa orang," kata Orion cuek.
Aletha semakin terkekeh, "Lo kalo cari gebetan jangan yang udah punya cowo! Cape hati sendiri ntar!"
"Ya gimana lagi, hati gue udah nyangkut di dia. Tapi tenang aja, gue bakal nunggu dia sampai dia liat ke arah gue dan ngeluangin hatinya buat gue," kata Orion. "Gue duluan ya. Jangan pulang malem-malem!"
Orion berlalu pergi meninggalkan Aletha. Tubuhnya ikut berbalik, menatap punggung Orion sampai hilang dari pandangannya.
Kata-kata Orion membuat Aletha tersentuh. Masih ada juga laki-laki baik yang setia menunggu orang yang dia sukai. Aletha tahu itu sangat langka. Tapi gadis itu tidak menyangka kalau salah satunya merupakan orang yang dia kenal. Terlebih lagi pria berkacamata itu baik kepada dirinya. Mungkin dia juga baik kepada semua orang.
"Tha," suara Erik membuat Aletha tersentak dan berbalik menatap pemilik suara.
"Eh, iya Rik."
"Kenapa di sini?"
"Oh, gue mau ke toilet. Toilet cewe ke sini juga, kan?"
"Iya, lo terus aja lurus. Toiletnya pas pojokan sana." Erik menunjuk ke ujung lorong.
"Oke."
🍫🍫🍫
Orion menyandarkan dirinya di kursi pengemudi, masih berada di parkiran, dan berencana untuk menunggu Aletha sampai pulang dari kafe. Dia tidak bisa meninggalkan Aletha begitu saja dengan orang asing.
Tiba-tiba Orion mendengkus dengan senyum kecut. "Orang asing?"
Bukankah dirinya juga orang asing? Orion dan Erik tidak ada bedanya. Mereka sama-sama orang yang baru kenal dengan Aletha. Tapi entah mengapa pria dibalik kemudi itu sulit untuk mempercayai laki-laki yang masih bersama Aletha di dalam kafe. Orion tidak ingin jika Aletha melabuhkan hatinya untuk Erik.
Orion memegang dadanya sambil kembali mengingat ucapan Aletha saat berpapasan di kafe. Lagi-lagi Orion mendengus, "Bener juga kata lo. Ngejar orang yang udah punya gebetan itu cape hati."
🍫🍫🍫
Aletha baru sampai rumah jam sembilan malam. Itu sudah melebihi jam malamnya karena waktu jam malam Aletha hanya sampai jam delapan. Itu aturan dari Alghi, bukan dari bunda ataupun ayah.
Setiap Aletha pergi dengan orang lain tanpa ijin langsung ke keluarganya, maka Aletha hanya diberikan waktu sampai jam delapan malam kecuali jika ada kegiatan kuliah. Sedangkan jika orang yang mengajak Aletha meminta ijin kepada keluarganya, jam malam akan diputuskan sesuai kesepakatan.
Dan parahnya lagi, aturan itu dipajang di ruang tamu, pakai pigura buatan Alghi. Jadi, semua orang yang datang ke rumah mereka, bisa dengan jelas membaca aturan dari Alghi untuk adik tersayangnya.
"Pokoknya, gue hukum lo selama seminggu! Ga ada jalan-jalan, ga ada pulang telat, ga ada acara ini itu. Lo harus pulang sesuai jadwal kuliah lo," tegas Alghi.