Gue sabar nungguin lo meluangkan hati buat gue.
Tapi gue ga tahan denger lo curhat tentang gebetan lo.
======
"Tha, cowok tukang ojeg itu, Orion kan?" tanya Rafi ketika Aletha baru saja sampai di depan kelas.
Aletha mengerutkan keningnya. "Trus? Urusannya sama lo apa?"
"Mending lo jangan deket-deket sama dia deh! Dia itu mantan preman. Jaman SMA, dia itu tukang tawuran, panglima perang dan hampir masuk penjara," ungkap Rafi dengan semangat, berharap Aletha akan ketakutan dan berakhir untuk menjauhi Orion.
Namun Rafi salah, Aletha itu bukan tipe orang yang mudah terhasut oleh ucapan orang lain. Lebih tepatnya, gadis itu lebih percaya dengan apa yang dia lihat dan dengar dari sumbernya langsung.
Aletha mengusap kasar rambutnya yang sedikit menutupi wajahnya ke belakang dengan jari-jari tangannya. Kemudian dia menatap Rafi dengan wajah tidak bersahabat.
"Rafi, gue emang belum kenal deket sama Orion. Gue sama Orion itu cuma temenan. Semua orang punya masa lalu, termasuk gue. Kalau Orion punya masa lalu kayak gitu, ya biarin aja." Aletha melangkahkan kakinya memasuki kelas dan menyimpan tas di atas meja.
Rafi seakan tidak puas jika belum membuat Aletha mendukung ucapannya.
"Tapi Tha, dia hampir masuk penjara!"
Aletha mendengkus kesal, "Trus kenapa? Baru hampir kan? Belum masuk penjara kan? Gue emang ga tau kesalahan dia di masa lalu kayak gimana. Tapi selama dia baik sama gue, gue ga akan jauhin dia," tegas Aletha yang menatap Rafi dengan tatapan tajam.
Ini masih pagi! Mood Aletha sedang tidak bagus karena Alghi yang super menyebalkan. Alghi ngotot ingin mengantarkan Aletha jam 6 pagi, padahal perkuliahan dimulai jam 8. Selain itu, Aletha diturunkan di depan gerbang kampus yang jarak dari gerbang ke fakultasnya itu cukup jauh lantaran Alghi harus menjemput pacarnya.
Dan sekarang, Rafi muncul di depan kelas mengatakan hal-hal yang membuat Aletha muak. Harusnya Rafi sadar diri kalau Aletha benci Rafi yang mulutnya seperti tukang gosip komplek.
"Lo juga lagi deket sama Erik anak Manajemen, kan? Dia itu cowok ga bener, tukang maenin cewek. Kemarin aja temen gue abis dimainin sama dia. Mending lo pacaran sama gue aja deh, yang jelas-jelas suka sama lo. Gue ga akan nyakitin lo."
Aletha tersenyum sinis. Tengkuknya mulai terasa panas. Jantungnya berdegup kencang menahan marah dengan semua ucapan pria di hadapannya itu yang membuatnya kesal. Aletha menyingkirkan rambut panjangnya ke belakang yang menutupi wajah dengan jari-jari tangannya. Kemudian dia bertolak pinggang, menatap Rafi dengan tatapan kesal, lelah dan marah.
"Lo bilang ga akan nyakitin gue? Tapi ucapan lo ini aja udah nyakitin gue. Lo ngejelek-jelekin temen gue, lo ngomongin kejelekan gebetan gue dan setelah ucapan-ucapan menyebalkan lo itu, lo nawarin diri buat jadi cowok gue?" Aletha mengembuskan napas kasar.
Rafi terdiam mendengar ucapan Aletha. Tidak biasanya Aletha seperti ini. Biasanya Aletha tidak pernah berbicara panjang lebar kepadanya. Tapi sekarang?
"Gue ga habis pikir sama lo! Ga ngerti deh apa yang ada di pikiran lo! Lo denger baik-baik dan ini gue ucapin hanya satu kali," Aletha merasa ini harus segera diselesaikan agar Rafi tidak mengganggunya lagi. "Makasih atas semua informasi yang lo kasih ke gue. Tapi gue ga akan menjauh gitu aja dari mereka. Urusan gue bakal sakit hati atau engga, itu gimana nanti. Dan yang pasti itu urusan gue, bukan urusan lo. Gue ga suka sama lo karena ucapan lo yang ga bisa dikontrol. Gue ga suka cowok banyak omong!"
Aletha menarik napas dan menundukkan kepala. Dia tahu kata-katanya begitu menyakitkan, tapi kalau tidak begini, Rafi akan terus menerus mengusik kehidupannya.
Rafi terdiam sejenak. Kemudian dia tersenyum tipis. "Lo lagi dateng bulan ya? Gue dateng lagi ntar pas lo udah ga dateng bulan. Mungkin lo lagi sensitif aja."
Aletha tidak habis pikir. Sudah dikatakan dengan jelas namun Rafi masih pengen dateng lagi?
Gadis itu berdecak. "Fi, gue harus ngomong dengan cara gimana biar lo ngerti? Gue cape, Fi. Gue ga lagi dateng bulan walaupun gue memang lagi badmood," Aletha diam sejenak. "Tapi mau sekarang ataupun nanti, ucapan gue ga akan berubah. Gue tetep bakal bilang kalau gue ga suka sama lo."
Rafi mengeratkan kepalan tangannya. Lalu dia mengangkat tangannya dan menunjuk Aletha tepat di depan wajahnya. "Suatu hari, lo bakal nyesel ga denger omongan gue!" Rafi melangkahkan kaki meninggalkan kelas yang mulai ramai.
🍫🍫🍫
Aletha menyandarkan kepalanya di meja taman, tempat biasa dia melihat Erik. Hari ini benar-benar hari yang menyebalkan.