Hati ini memang egois...
Aku merasakan nyaman ketika bersamamu, tetapi aku mencintai dia.
Dan aku tidak bisa memilih antara kamu atau dia.
=====
Aletha, Keyla dan Shita berencana ke kantin setelah menghabiskan waktu di taman selepas perkuliahan berakhir. Namun mereka berpapasan dengan Erik yang seperti biasa akan mengambil gambar. Sepekan lamanya mereka tidak bertegur sapa. Sama-sama memiliki kesibukan.
"Hai Tha!" sapa Erik.
Aletha tersenyum dan membalas sapaan Erik. Jujur saja kalau Aletha sedikit berharap kepada Erik. Pria yang kini sedang memegang sebuah benda di punggungnya itu selalu melakukan hal-hal romantis. Selama tidak saling bertemu, Erik selalu saja mengirimkan seseorang untuk memberikannya minuman dengan tulisan penyemangat di botolnya. Sekarang,
"Ini buat kamu." Erik memberikan sekuntum mawar merah yang dia sembunyikan di balik punggungnya.
Jelas saja rona merah di wajah tampak menghiasi kulit putih Aletha. Dia meraih bunga itu dan garis bibirnya tertarik lebih tinggi dari sebelumnya. Erik selalu memberikan kejutan-kejutan kecil yang membuat hati Aletha melambung.
"Makasih, Rik," ucap Aletha.
"Cieeee ... serasa dunia milik berdua nih! Yang lain, ngontrak!" goda Keyla saat melihat Aletha dan Erik saling berbalas tatap.
"Berasa jadi laler nih! Kita ke kantin duluan deh," kata Shita.
Tidak ada jawaban dari Aletha. Dia masih serius menatap Erik.
"Jiah, ni anak orang lagi kasmaran, mendadak budeg apa?" ucap Keyla.
"Kurasa ku tlah jatuh cinta, pada pandangan yang pertama...." Shita bernyanyi dengan suara sumbangnya yang kemudian segera ditarik Keyla agar tidak mengganggu keromantisan yang sedang terjalin di antara Aletha dan Erik.
"Malem ini ada waktu ga? Aku mau ngajak kamu jalan," ucap Erik.
Senyum Aletha berubah menjadi murung. Kalau saja waktu itu dia tidak pulang malam, mungkin hari ini dia bisa keluar bareng Erik
"Aku ga bisa.," kata Aletha dengan nada suara sedih.
"Kenapa?"
"Emmmm, yang waktu aku pulang malem sama kamu itu, aku kan harusnya pulang paling telat jam delapan. Abang marah waktu aku nyampe rumah dan aku ga boleh keluar rumah kecuali ke kampus selama seminggu," curhat Aletha.
"Salah aku ya?!" Erik menyalahkan dirinya.
"Eng, engga gitu. Aku juga ga bilang kan ke kamu jam malem aku sampai jam berapa."
Ini memang bukan sepenuhnya salah Erik. Kalau saja dari awal Aletha bilang ke Erik, mungkin Erik akan mengerti dan mengantarkan Aletha sebelum jam delapan malam.
Erik mengulurkan tangannya dan mengusap pangkal kepala Aletha. "Tetep aja aku salah. Aku ikut andil bikin kamu kena hukuman. Kalau besok? Kamu bisa jalan lagi bareng aku, kan?"
"Bisa kok. Kalau kamu mau ngajak aku main, lebih amannya kamu dateng ke rumah aku, pamit sama keluarga aku," kata Aletha.
Erik tersenyum, "Iya sayang, nanti aku dateng ke rumah kamu."
Sayang? Erik bilang sayang? Sumpeh lo? Aduh deg-degan gue.... Tapi kok kayaknya salah ya.
Aletha tersenyum kikuk dan salah tingkah. "Emmmm, ya udah deh kalau gitu. Kamu mau cari objek foto?"
"Iya. Tadinya aku mau kamu yang jadi objek fotonya, tapi lain kali aja ya. Temen kamu nanti kelamaan nunggu," kata Erik.
Aletha spontan melihat ke samping kanannya. Loh, Shita sama Keyla mana?
"Temen-temen aku pada ke mana ya? Kok ngilang?" tanya Aletha panik kepada Erik.
Erik terkekeh, "Mereka bilang mau ke kantin duluan. Emangnya tadi ga denger?"
Aletha menggelengkan kepala, "Aku ga denger. Kalau gitu, aku ke kantin dulu ya."
Aletha berjalan cepat menjauhi Erik. Dirinya merasa tampak bodoh di hadapan gebetannya. Namun menurut Erik malah sebaliknya, Aletha terlihat menggemaskan.
"Oke. See you!" teriak Erik.
🍫🍫🍫