Hati ini bahagia walaupun hanya memandangi dirinya yang sedang tersenyum dari jarak jauh.
Bagiku itu sudah cukup.
======
Aletha menatap bunga mawar pemberian Erik yang dipajangnya di sebuah vas bunga di atas meja belajarnya.
"Romantis," gumam Aletha.
Dia kembali tersenyum saat mengingat Erik memberikan kejutan-kejutan kecil untuknya. Begitu manis. Aletha sangat suka kejutan-kejutan kecil. Tidak perlu barang mahal untuk memberikan kejutan kepada Aletha.
Akan tetapi, bukan hanya Erik yang bersikap manis. Ada juga Orion yang tak kalah mengejutkan. Terlebih lagi, pria berkacamata itu lebih sering memberikan hal-hal yang Aletha sukai. Sering kali gadis itu terkejut dengan mimpi-mimpi Orion tentang dirinya.
"Anteng banget, Dek."
Aletha tersentak ketika sebuah suara datang dari arah sampingnya.
"Abang! Ngagetin aja sih!" Aletha mengelus dadanya yang berdegup kencang.
Alghi nyengir melihat adik cantiknya yang kaget sekaligus marah kepadanya.
"Lagian Adek serius banget liatin bunganya. Dari pacar?" tanya Alghi sambil melangkah ke tempat tidur Aletha.
Dia merebahkan diri di atas kasur kemudian berguling-guling di atasnya.
"Abang! Jangan bikin berantakan kasur gue dong!" bentak Aletha sambil menarik tangan Alghi agar segera bangkit dari tempat tidurnya, tapi Alghi tidak bergerak sedikit pun.
"Adek pelit banget sih! Abang kan udah jarang tiduran di kamar Adek," rengek Alghi dengan manja.
"Iiih, Abang tuh, ya!" Aletha melepaskan tangan Alghi dengan kasar.
Aletha menyerah. Tidak akan menang jika dia melawan Alghi. Aletha ikut merebahkan diri di samping Alghi.
"Adek lagi suka sama cowok?" tanya Alghi.
Aletha mengambil boneka lumba-lumba yang ada di pojok kasurnya dan memeluknya dengan erat.
"Emmm, ada sih yang lagi deket. Dia cakep, lumayan tinggi, romantis, kayaknya baik sih, terus dia juga udah punya penghasilan," jawab Aletha.
"Adek tuh jangan liat cowok dari tampangnya aja. Liat itu dalemnya juga. Jangan gampang suka sama cowok. Emang Adek ga kapok disakitin mulu? Baru juga gebet, udah sakit hati. Baru juga jadian, udah putus lagi. Ga bosen kayak gitu mulu?" Alghi memiringkan badannya menghadap Aletha kemudian menopang kepalanya dengan sebelah tangan.
"Emmmm, ya kapok, sih. Tapi ya gimana lagi. Alasan mereka mutusin Adek tuh konyol banget. Masa dia bilang Adek terlalu baik? Apa Adek harus galak terus rajin ngomel-ngomel biar nanti yang jadi pacar Adek ga mutusin Adek, gitu ya?" tanya Aletha.
Alghi terkekeh. Dia tidak menyangka kalau adiknya ini sering patah hati tapi begitu polos mengenai percintaan.
"Adek itu baik, ntar dapetin cowok yang baik juga. Allah lagi siapin laki-laki baik yang bakal nemenin Adek sampai akhir hayat," ucap Alghi dengan bijak.
Aletha menaikan sebelah alisnya sambil memandang aneh kepada Alghi. Dia mengulurkan tangannya ke kening Alghi, "Bang, masih sehat, kan? Pacarnya ga minta putus, kan?"
Alghi segera menepis tangan Aletha, "Abang ini sehat wal'afiat, Dek! Abang salah, diteriakin. Abang bener, diledekin. Jadi mau Adek itu apa?" tanya Alghi dengan nada kesal sambil mencubit hidung mancung Aletha.
"Iiiih, Abang! Jangan nyubit dong! Sakit tahu!" Aletha melepaskan tangan Alghi dan segera mengusap hidungnya yang kesakitan.
"Eh Dek,"
"Hmmmm?"
"Abang mau nanya, tapi adek jawab jujur." Alghi mengubah posisi badannya menjadi tengkurap dan menopang dagunya dengan kedua tangannya. "Adek udah ciuman berapa kali?"
Aletha terbatuk, tersedak air ludahnya sendiri. Refleks Aletha memukul kening Alghi dengan telapak tangannya.
"Abang nanya tuh dipikir dulu dong!" sungut Aletha.
"Abang udah mikir kali!" Alghi mengusap keningnya yang sakit.
"Masa nanyain yang begituan?" Aletha malu. Wajahnya kini berubah merona.