Seberapa besarnya pun aku menginginkanmu, aku hanya bisa mengiklaskanmu untuk bersama dengannya.
=====
"Di tempat umum aja, lo berani nyosor sama dia, gimana di tempat sepi?!"
Aletha mencoba melepaskan tangan pria itu dari kerah baju Erik, namun cengkraman tangannya begitu kuat hingga Aletha kesulitan melepaskan tangan pria yang sedang termakan emosi.
"Abang! Udah! Jangan kayak gini dong!"
"Diem! Ga usah ikut campur!" Alghi kalap dan menghempaskan tangan Aletha. Hampir saja Aletha terjatuh, untungnya dia masih bisa berpegangan ke kursi di dekatnya.
"Abang, dia temen gue! Gue berhak ikut campur!" Aletha meninggikan suaranya.
Erik menatap Alghi dengan senyum mengejek yang tercetak di bibirnya, "bocah,"
"Apa lo bilang?!" Alghi menatap tajam Erik dan mencengkram kerah baju Erik semakin keras sampai-sampai Erik kesulitan bernapas.
"ABANG!" teriak Aletha.
Aletha menangis melihat situasi kacau ini. Dia frustasi tidak bisa menghentikan kelakuan Alghi yang terlihat begitu emosi.
Erik pun malah memancing emosi Alghi yang sudah sampai di ubun-ubun. Aletha merasa seperti wanita tidak berdaya yang berusaha melerai para singa yang akan berkelahi.
"Jangan kayak gini...," ucap Aletha lirih disela tangisnya. "Dia temen gue dan ini di tempat umum. Jangan bikin ribut di sini."
Alghi melepaskan tangannya dan mendekati Aletha. "Pulang sekarang!"
Alghi meraih tangan Aletha dan menariknya dengan kasar.
"Ngga! Gue pulang bareng Erik!" tolak Aletha sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Alghi.
"Pulang sekarang juga atau gue kasih hukuman!" Alghi tak mau kalah. Suaranya bahkan lebih keras dariĀ Aletha.
"Bodo amat sama hukuman! Gue pergi sama Erik dan pulang pun harus begitu," kali ini Aletha teguh pendirian.
Erik berdesis melihat percakapan antara Alghi dan Aletha. Dia tersenyum mengejek, "Dasar bocah! Belum juga gue cium, anjingnya udah ngamuk!"
Alghi berbalik dan....
Bugh!!
Satu pukulan mendarat mulus di wajah Erik, "lo bilang gue apa? Gue bocah? Tapi seengganya gue gak brengsek kayak lo! ANJING!"
Aletha menjerit ketika pukulan selanjutnya melayang ke wajah Erik. Alghi tidak bisa mengontrol kemarahannya yang terus menerus dipancing Erik. Dan kini, mereka menjadi pusat perhatian orang-orang pengunjung kafe.
Beberapa orang membantu Aletha melerai Erik dan Alghi. Erik tampak kacau karena dia dipukuli tanpa ampun oleh Alghi. Matanya bengkak, sudut bibirnya mengeluarkan darah, dan pelipisnya pun terlihat robek.
"Lepas!" perintah Alghi kepada orang-orang yang melerainya.
Aletha hanya bisa menangis dan ketika dia akan menghampiri Erik, Alghi menghadangnya dan menarik Aletha dengan paksa.
"Abang! Gue harus tolongin Erik!" Aletha berusaha menghentikan langkah dan berbalik menuju Erik, namun tenaga Alghi terlalu besar sehingga Aletha terseret oleh tarikan Alghi.
"Gue ga suka lo deket-deket sama dia! Pulang sekarang atau gue ga izinin lagi lo keluar sama temen-temen lo!"
Mereka menjadi tontonan gratis orang-orang saat berjalan menuju mobil. Aletha tak berhenti menangis memikirkan nasib Erik yang terkapar di kafe. Dia juga menangis karena ini pertama kalinya dia mendapatkan perlakuan kasar dari Alghi.
Alghi membuka pintu mobilnya dan mendorong Aletha dengan kasar. Bahkan Alghi sendiri yang memasang sabuk pengaman untuk Aletha. "Jangan coba-coba kabur! Lo kabur, gue abisin cowok tadi!" ancamnya.