Cokelat Patah Hati

Pantaji Gongju
Chapter #15

15. Sakit Hati

Dikhianati itu sakit. Dan sakitnya semakin bertambah dua kali lipat ketika sahabat kita yang menjadi orang ketiga.

=====

Aletha mengurung diri di kamar selepas pulang kuliah. Dia merasa lelah hari ini. Masih tidak menyangka apa yang terjadi di taman, selepas kuliah, saat menunggu Erik.

Erik ... Erik ... Erik....

Kenapa harus Erik yang Aletha suka?

Kenapa harus Keyla yang Erik jemput?

Jangan salah sangka, bukan berarti Aletha meminta Erik memilihnya, tapi bukankah lebih baik jika Erik bersama wanita lain?

Aletha sadar kalau Erik tidak bisa memaafkan kelakuan Alghi, tapi jangan begini caranya!

Bagaimana dia harus bersikap saat bertemu Keyla besok? Bagaimana dia harus menyapanya? Apakah perlu bertanya mengenai hubungan mereka? Sejak kapan mereka dekat? Kapan mereka mulai dekat? Apakah mereka sudah kenal lama? Kenapa Keyla tidak bilang?

Aletha menitikan airmata menahan perih yang dia rasakan. Berbagai macam pertanyaan dan dugaan muncul dibenaknya. Isi kepala Aletha hampir jebol dengan pertanyaan-pertanyaan seputar hubungan Keyla dan Erik. Hatinya juga sangat terluka. Sesak di dada

Terlebih lagi, Keyla itu sahabatnya. Aletha tidak mau persahabatannya rusak hanya karena seorang pria yang baru saja dia kenal beberapa minggu yang lalu.

Aletha menarik boneka dolphin miliknya dan meletakkannya di atas wajah, menutupi matanya yang tak berhenti menitikan airmata. Bahkan sekarang terdengar suara tangisan yang tertahan. Aletha sudah tidak bisa membendung rasa sakit hatinya.

"Dek?"

Tok ... Tok ... Tok

Suara Alghi terdengar di balik pintu. Aletha sengaja mengunci pintunya agar tidak ada yang mengganggu. Beberapa kali Alghi mengetuk dan memanggil adiknya itu, namun tidak ada jawaban.

Ini pertama kalinya Alghi mencoba berkomunikasi lagi dengan Aletha setelah kejadian di kafe sepekan yang lalu. Baik Alghi maupun Aletha, saling diam selama seminggu penuh. Bahkan bunda mereka tak berhenti menanyakan masalahnya. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang menceritakan masalah yang terjadi di antara kakak beradik itu.

"Dek, Abang dobrak, ya? Adek kenapa sih?" teriak Alghi setelah berkali-kali ketukannya tak kunjung mendapatkan jawaban.

"JANGAN GANGGU! GUE PENGEN SENDIRI!" bentak Aletha.

Alghi tahu persis kalau Aletha begini, dia pasti sedang patah hati. Hanya saja, karena Aletha begitu histeris, Alghi tidak dapat mengabaikannya begitu saja. Mengunci diri, itu sudah biasa. Tapi menangis seperti ini karena seorang pria? Ini di luar kebiasaannya.

"Adek kenapa, sih? Jangan bikin orang khawatir, dong! Jangan aneh-aneh, ya! Jangan loncat jendela, jangan gantung diri, jangan minum karbol!"

"Ide bagus, Bang! Gue cobain satu-satu sarannya. Hati tenang, lo pun senang," ucap Aletha disela tangisannya.

Alghi yang khawatir benar-benar mendobrak pintu kamar Aletha. Alghi menghela napas lega saat melihat adiknya meringkuk di atas tempat tidur dengan boneka di wajahnya dengan suara tangisan yang masih terdengar. Alghi mendekat dan duduk di ujung tempat tidur, menyentuh lembut punggung Aletha.

"Dek?"

"PERGI! GUE PENGEN SENDIRI!"

"Dek, jangan kayak gini!" Alghi meninggikan suara dan memaksa Aletha untuk melepaskan boneka di wajahnya.

"Gue bilang pergi! Gue pengen sendiri! Jangan ganggu gue!" pinta Aletha.

Alghi tidak menggubris perkataan Aletha. Alghi tidak mau membiarkan adiknya menangis sendirian dengan perasaan sakit yang menyelimutinya.

Alghi memaksa Aletha bangkit dari tidurnya. Dia mendudukan Aletha menghadap ke arahnya dan memegang kedua bahu Aletha kuat-kuat.

"Mau ngapain, sih?! Lo pengen liat gue nangis?! Lo pengen liat gue sakit hati?! Sekarang udah puas lo liat gue begini?! Puas lo?! Puas?!" tangisannya semakin histeris diiringi teriakan-teriakan yang dilontarkan untuk Alghi.

Lihat selengkapnya