Bahkan, hiburan jenis apapun sulit bikin hati gue membaik akibat luka yang lo kasih ke gue. Itulah rasanya luka dari sahabat di banding luka lainnya.
======
Aletha melahap cokelat patah hati miliknya yang dia keluarkan dari dalam tasnya. Ini cokelat yang ke tujuh semenjak dia bangun tidur. Tapi perasaannya masih belum membaik. Tidak ada senyuman, tidak ada obrolan, tidak ada sapaan ramah untuk anggota keluarganya.
Bahkan Alghi memaksa untuk mengantar Aletha berangkat ke kampus, padahal biasanya Alghi tidak pernah mau kalau Aletha meminta diantar kuliah.
Dan suasana di dalam mobil begitu canggung. Alghi tidak tahu kenapa Aletha berubah sikap lagi menjadi pemurung. Padahal sehari setelah Aletha menangis di pelukannya, Alghi merasa suasana hati Aletha mulai membaik. Tapi ada apa dengan Aletha hari ini?
"Adek kenapa?" tanya Alghi sambil fokus ke jalanan di depannya.
"Gue kenapa?" Aletha balik bertanya tanpa menoleh kepada Alghi. Dia memandang jari jemarinya yang saling bertautan.
"Adek masih baper?"
"Siapa? Gue?"
Alghi menjilat bibir bawahnya menahan kesal, "Iya lo, siapa lagi?!"
"Lo kali, gue engga," ucap Aletha datar.
Alghi tiba-tiba menghentikan mobilnya di tengah jalan yang membuat orang-orang di belakang mobilnya menyalakan klakson dan berteriak marah kepada pemilik mobil. Namun Alghi tidak peduli. Dia terlalu kesal untuk peduli dengan orang-orang yang berteriak kepadanya di luar sana.
"Abang! Kenapa sih?!" bentak Aletha dengan mata yang terbelalak. .
"LO YANG KENAPA?!" balas Alghi.
Aletha tersentak. Dia melihat Alghi begitu marah kepadanya. Sorot matanya begitu tajam dengan emosi yang tampak di wajahnya.
"Gue ga apa-apa! Sekarang minggir! Abang mau kita diamuk massa?"
"Gue ga mau minggir sebelum lo ngomong!"
"Gue bisa turun sekarang!" Aletha hendak membuka sabuk pengamannya, namun segera dicegah Alghi.
Alghi berdecak kesal, "Oke! Gue minggir."
Alghi memutar kemudinya dan menepi. Mereka sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Sampai akhirnya Alghi kembali membuka suara.
"Masih karena laki-laki itu?"
Aletha menggelengkan kepala dan menghembuskan napas kasar, "Laki-laki masih banyak, Bang. Abang tahu, menata hati itu susah. Adek cuma lagi nyoba sembuhin luka aja. Ga akan lama kok. Adek harap Abang ngerti," ucap Aletha lirih.
Alghi menarik napas untuk menenangkan hatinya. Dia juga tidak bisa memaksa Aletha untuk bersikap seperti biasanya. Alghi hanya bisa berharap agar Aletha cepat kembali seperti semula.
"Kalo ada apa-apa, cerita ke gue."