Karena satu kata 'mantan' , membuat hubungan kita menjadi tak tenang.
...
"Mantan?" Satu kata itu membuat Aletha tersenyum kecut.
Kini Aletha berada di rumah Orion. Rumah dengan gaya minimalis, pewangi ruangan yang beraroma apel dengan lantai dilapisi karpet berbulu tebal, membuat siapa saja betah berada di dalam rumah ini.
Warna cat dinding cokelat susu berpadu dengan cokelat yang sedikit lebih tua dan langit-langit yang cukup tinggi memberi kesan sejuk dan tenang.
Bulan menceritakan tentang wanita yang beberapa hari ini selalu mengganggu Orion. Bahkan kata Bulan, Orion sempat mematikan ponselnya selama dua hari karena Renata terus-menerus menghubungi Orion.
Ya, Aletha ingat. Beberapa hari sebelum Orion menyatakan perasaannya kepada Aletha, Orion mengatakan kalau ponselnya tidak akan aktif dalam waktu yang tidak diketahui. Jadi Orion menghubungi Aletha menggunakan ponsel Bulan. Terkadang juga Orion menghubungi Aletha menggunakan nomor temannya.
Saat itu Aletha tidak menanyakan alasan Orion mematikan ponselnya, karena saat itu mereka hanyalah sebatas teman. Padahal Aletha sangat penasaran dengan alasannya. Namun, sekarang terjawab sudah alasan kenapa Orion mematikan ponselnya.
"Kalo boleh tau, hubungan mereka berapa lama?" tanya Aletha ragu.
Bulan tampak berpikir, "Kalo nggak salah sih satu tahunan. Dulu, Orion itu kayak homo. Ga pernah mau lirik cewek lain kecuali gue. Yang diurusin cuma gue. Ampe gue eneg banget sama dia...," Bulan meraih air di meja dan meneguknya, "tapi, semenjak gue punya cowok dan kebetulan cowok gue itu memenuhi kriteria yang diharapkan Orion, mulai dari situ Orion mau deket sama cewek. Gak lama dia kenalan sama Renata itu."
Aletha menganggukan kepalanya. Sejujurnya, Aletha tidak terlalu mendengarkan cerita Bulan. Dipikirannya saat ini hanyalah bertanya-tanya ke mana Orion pergi bersama Renata. Apakah yang sedang mereka lakukan? Apakah urusannya sudah beres? Mengapa Orion belum juga pulang?
Aletha meraih ponselnya yang dia taruh di atas sofa. Sudah jam delapan malam namun Orion belum muncul. Tidak ada satupun telepon maupun pesan masuk dari Orion.
Bulan melihat raut wajah gelisah tampak di wajah kekasih kakaknya itu. Kemudian Bulan memutuskan untuk menelepon Orion di kamarnya.
"Gue ke kamar dulu bentar ya...." Bulan tidak menunggu jawaban Aletha dan segera menuju ke dalam kamarnya.
Bulan segera mengetik nama kakaknya di layar ponsel. Ditempelkannya ponsel ke sebelah telinganya. Terdengar nada sambung di seberang telepon. Dan,
Nomor yang anda hubungi, tidak menjawab.
"Shit! Ini orang ke mana, sih?" umpat Bulan dengan wajah kesal.
Dia mencoba menghubungi sekali lagi, "Awas aja kalo kali ini ga diangkat. Bakal gue cincang...," dan akhirnya telepon tersambung, "hallo!"
"Iya." Terdengar suara parau dari seberang telepon.
"Lo di mana sih?! Kapan pulang?!" Bulan terdengar kesal, namun masih menahan suaranya karena khawatir akan terdengar oleh Aletha.
Orion menghela napas berat, "gue ... masih sama Renata...."
Mata Bulan membulat sempurna dan amarahnya kini mencapai puncak, "Yang bener aja lo?! Cewek lo masih di sini! Lo ga lupa, kan?! Lo udah putus sama Renata! Cewek lo itu Aletha! Bukan Renata!" bentak Bulan.
Orion mengacak-ngacak rambutnya. Dia tampak bingung dengan posisinya. Di hadapannya ada Renata yang masih menangis terisak dan di rumahnya masih ada Aletha karena Orion yang menyuruhnya pulang ke rumahnya.
"Lo ga tau kalo dari tadi Aletha ngecek HP-nya berkali-kali? Dia itu nungguin elo di sini! Lo jangan nyakitin anak orang. Gimana kalo-"
"Oke! Gue balik sekarang!" Orion memotong ucapan Bulan seakan Orion tahu kelanjutan dari ucapan Bulan. Kemudian Orion segera memutuskan sambungan telepon.
Orion segera mengetik pesan untuk Aletha. Setelah memastikan pesannya dibaca Aletha, ia kemudian menatap Renata yang ada di hadapannya.
Mereka kini berada di kamar kost Renata. Kamar yang ukurannya hanya 6 x 3 meter dengan dua pembatas yang membatasi ruangan menjadi tiga bagian.