Cokelat Patah Hati

Pantaji Gongju
Chapter #22

22. Harus Percaya?

Pukul 20.47, Orion sampai di depan rumahnya. Dia diam sesaat di dalam mobilnya.

Ada hal yang tidak dapat dijelaskan kepada Aletha, walaupun Aletha merupakan kekasihnya.

Orion mengacak-acak rambutnya dengan gusar. Ini pertama kalinya ada guncangan dalam hubungannya dengan Aletha. Guncangan kecil, namun dampaknya akan sangat besar. Dan pastinya, ini akan menyakiti banyak pihak.

Pada akhirnya, Orion harus menghadapi semuanya. Tidak mungkin ia lari dari masa depan yang akan perlahan bergulir mendatanginya.

Setiap detiknya, setiap menit, setiap jam, dan setiap harinya akan penuh dengan rahasia sampai Renata sendiri yang mengungkapkan kepada Aletha.

Dan sekarang, Aletha berada di ambang pintu, menatap ke arah Orion yang tampak kusut di dalam mobil. Orion membalas tatapan itu dengan sedikit tarikan di kedua sudut bibirnya.

Orion membuka pintu mobilnya dan berjalan menghadapi gadisnya yang sedari tadi gelisah menunggu kekasihnya pulang. Rasa khawatir kini berubah menjadi rasa penasaran. Wajah Aletha seakan dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang terpendam dalam hatinya.

Orion menatap gadisnya dengan lekat dan kemudian mengulurkan tangannya untuk menyentuh rambut wanita yang kini ia sayangi.

"Maaf udah bikin kamu nunggu." Orion menyelipkan anak rambut Aletha di belakang telinga gadisnya itu.

Dia mengusap rambut Aletha dan merapikan sedikit rambut Aletha yang tampak kusut. "Dan makasih udah tetep stay di sini," lanjutnya dengan penuh rasa syukur.

Dan detik itu pula, Orion memeluk tubuh gadisnya. Berharap bisa melepaskan dirinya dari rasa gelisah, perasaan bingung, dan perasaan rindu terhadap Aletha. Walaupun baru saja beberapa jam yang lalu mereka bertemu, tetapi terasa lama setelah pertemuannya dengan Renata.

"Kamu dari mana?" bisik Aletha.

Terdengar Orion menghembuskan napas berat. "Aku dari tempat Renata."

Deg!

Begitu menyakitkan mendengarnya. Tapi Orion tidak mau berbohong. Akan semakin menyakitkan ketika kebohongannya terungkap di kemudian hari.

"Maaf, kalo aku nyakitin kamu," ucap Orion lirih dengan penuh penyesalan.

Aletha melepaskan pelukan Orion dan menatapnya tepat di manik mata. "Ga apa-apa. Mungkin kamu juga berat untuk bilang jujur. Aku ngehargain kejujuran kamu." Aletha tersenyum.

"Jangan paksa kamu buat tersenyum. Itu bikin aku semakin merasa bersalah sama kamu."

"Bagus, deh kalo kamu merasa bersalah. Biar kamu ga ngulangin lagi."

"Kalo ngulang rasa rindu aku ke kamu, boleh ga?"

Seketika pukulan mendarat di dada bidang Orion. "Gombal! Kamu tuh udah tua, ga usah pake acara gombal segala."

Orion mengaduh dengan senyuman lebar di bibirnya. "Kok kamu mau sama yang tua?"

Aletha termakan omongannya sendiri. Kini Aletha yang tersenyum kikuk. "Emmm... Oke, aku ralat-"

"Udah, deh. Kita masuk, yuk," ajak Orion.

"Aku udah mau pulang."

Orion melihat jam tangan hitamnya. "Aku anter, ya."

"Ga usah. Kamu pasti cape," tolak Aletha.

"Buat kamu, apa sih yang engga."

Lihat selengkapnya