Kamu tahu, dari berbagai rasa yang pernah aku rasakan, aku paling membenci rasa rindu. Apalagi rindu terhadapmu, membuat waktu terasa lambat, seakan dapat membunuhku secara perlahan.
💔💔💔
Suasana hening sesaat. Hanya angin yang berhembus cukup kencang yang membuat suasana semakin dingin.
Orion bungkam. Dia diam memikirkan jawaban yang tepat agar tidak sedikit pun merusak hubungannya. Dia cinta Aletha. Tapi dia tidak bisa mengabaikan Renata. Dan pastinya, itu akan menyakiti Aletha, sebagai pihak yang tidak diuntungkan.
Orion menggenggam tangan Aletha semakin erat. Dia memantapkan hati dan memikirkan berbagai cara agar gadisnya tetap di sisinya, apapun yang terjadi.
"Kita memang tidak tahu apa yang dia pikirkan." Orion membuka suara. "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi beberapa hari lagi, bahkan sedetik kemudian pun kita tak tahu. Tapi, saat ini hanya kamu masa depanku yang aku tuju."
Aletha mengulum senyum. Antar senyum miris dan senyum bahagia. Namun satu keyakinan Aletha, dia akan mencoba untuk tetap di samping Orion, dengan konsekuensi akan merasakan sakit hati lagi dan lagi.
"Oke. Untuk sekarang, aku akan coba bertahan." Aletha menatap lembut ke mata Orion tepat di manik mata. "Tapi aku ga janji bisa bertahan sampai akhir. Aku ini cemburuan. Cemburu itu lebih melelahkan daripada menunggu kamu."
"Dan, rasa rindu itu, rasa yang paling aku benci. Karena rasa itu seakan membuatku mati perlahan. Sialnya aku selalu rindu kamu setiap kamu tidak ada di depanku. Membuat aku mati berkali-kali," balas Orion.
Geli rasanya mendengar ucapan Orion. Tetapi, ada perasaan senang juga dalam hati Aletha yang membuat hatinya melambung. Namun secepat mungkin Aletha tersadar. Dia tidak mau terbang terlalu tinggi. Karena ketika terjatuh, rasanya pasti akan sangat sakit.
💔💔💔
"Bey, laper...," ucap Orion di telepon saat perjalanan menjemput Aletha.
"Bey?" Aletha bertanya bingung mengenai panggilan Orion kepada dirinya. Apa dia ga salah manggil?
"Iya! Beybi (Baby)," Orion mempertegas panggilan sayangnya untuk gadis di seberang telepon.
Aletha menahan senyumnya yang kala itu sedang berhadapan dengan bunda dan Alghi. Aletha memilih menjauh dan pergi ke teras rumahnya.
"Berhenti, deh, manggil aku yang aneh-aneh. Geli, tau!"
"Justru yang geli itu yang bikin seneng." Orion terkekeh dengan tangannya yang sibuk memutar kemudi, membelokkan mobilnya ke arah rumah Aletha.
"Idih, apaan sih," Aletha mati-matian menahan senyum. "Kamu udah di mana?"
"Aku? Di depan rumah pacar yang lagi sibuk nahan senyum." Aletha mengangkat kepalanya mencari-cari keberadaan Orion.
Dia kemudian tersenyum saat Orion keluar dari dalam mobilnya dan berjalan masuk ke halaman rumah Aletha.
"Kamu bawa mobil sambil nelepon?" tanya Aletha yang kemudian mematikan sambungan teleponnya.
"Aku pake earphone," jawab Orion sambil memperlihatkan telinga kanannya yang tersumpal earphone bluetooth.
Aletha mengangguk sambil ber-oh ria.
"Kamu ke sininya pagi banget. Aku masuk kuliah jam sembilan. Ini masih jam tujuh, loh."