Cokelat

Aubrey Rachman
Chapter #4

Ch.4

Sementara Duma diam menggemeretukkan gigi mendengar Ardhi berkata Abeline hanya sudi naik panggung berdua dirinya, Gani menyetujui tanpa tedeng aling-aling. Topan dan Jonas memandang Ardhi minta penjelasan yang diamini Ardhi dengan memaparkan seperlunya. Intinya, hal ini dikarenakan Abeline benci Duma. Itu saja, tak lebih tak kurang.

"Jadi kita batal nih main sama si Singa? Sayang juga, ya." gumam Jonas.

"Tapi itu solusi bagus. Daripada kita naik panggung minus Duma gitu, nanti pikir orang-orang The Monroe Dean ganti vokalis." seloroh Gani.

Topan menoleh pada Duma, mencoba meminta komentar. Duma berdecak sebal.

"Harusnya, gue yang ngomong emang. Enak di lo dong, Dhi. Bisa nyanyi bareng Abel." protes Duma.

Ardhi mengernyit. Nada bicara Duma meninggi barusan. Gani dan Jonas menghela nafas.

"Udah deh, Ma." kata Jonas.

Ardhi menggaruk lehernya, "Apa ini?"

Duma mendengus dan membanting tubuhnya ke sofa, "Gue tahu lo suka Abel, Dhi."

Ardhi tergagap membeliak memandangi Topan dan Gani juga Jonas bergantian. Tak lama ia melompati sofa, menghadap Duma yang sedang berbaring. Ia masih terkejut dan tak bisa kendalikan diri meski reaksinya telat. Ardhi bertanya pada Duma dengan suara melengking yang tak perlu. Kentara gugup macam kucing ketahuan mengintai ikan di meja.

"Apa?!"

Duma bangkit duduk guna menatap tajam Ardhi, "Gue tahu lo suka Abel." ulangnya.

Ardhi mematung sejenak dengan selanjutnya celingukan tak jelas. Matanya berhenti pada Jonas yang melipat tangan di dada, kemudian beralih pada Gani yang memandangnya bijak, berakhir dengan menatap tajam Topan yang meringis tanpa rasa bersalah. Biang kerok sudah ketemu.

"Okay..." gumam Duma. "Kita bersaing."

Gani tertawa lama bersama Jonas. Topan duduk jauh dari Ardhi, takut kena perhitungan. Tapi, ia masih juga tidak tahu diri, malah berseloroh santai sambil mengerling jahil. Katanya,

"Seru nih. Akhirnya ada konflik di band kita."

"Yeah! Konfrontasi!" timpal Jonas.

Ardhi mencibir. Tak ia percaya tingkah mereka teman-temannya. Seketika itu ia jadi menyetujui sindiran Abeline yang menyatakan bahwa ia dan teman-teman satu band-nya hanyalah komplotan cowok keren nan congkak yang sebenarnya tidak terkenal terkenal amat apalagi bermain musik dengan sempurna. Biasa saja tapi norak luar biasa.

Ardhi memandang Duma sekarang, "Bersaing? Apa maksud lo?" tanyanya.

Duma mengulum senyumnya dan menatap Ardhi penuh maksud, "Hey, Mate. Tentu aja bersaing buat dapetin Abeline."

Ardhi diam mematung lagi. Lima detik. Tanpa komentar ia menjatuhkan dirinya begitu saja. Gani sigap menyingkir tergesa, membiarkan Ardhi menjatuhi bean-bag jumbo yang tengah didudukinya.

Lihat selengkapnya