Come Back Home

Pingumerah
Chapter #3

3. Kabar Baik

Ketakutan Haiyan tidak terwujud. Kabar baik datang dari Bunda, membangunkan Haiyan dan Marka yang kesiangan. Bunda mengirim informasi bahwa Naya sudah pindah ke bangsal perawatan biasa, bukan di ICU lagi.

“Sayangku, cintaku, kasihku! Kamu sudah bangun?”

Naya tertawa kecil mendengar panggilan Haiyan untuknya. Haiyan datang membawa kehebohan. Begitu tiba di samping Naya, Haiyan menanamkan kecupan di kening istrinya.

“Echan, Aya mau minum,” pinta Naya. Melalui sudut pandang Naya melihat Marka dan Bunda sedang bertukar sapa, kemudian Bunda keluar dari kamar, entah kemana.

Haiyan selesai menuangkan air dari termos ke dalam gelas. Dia menyerahkannya sambil tersenyum manis. Gerak-gerik Haiyan sangat berbeda dari hari kemarin. Pria itu sudah pandai melucu, menirukan gerakan pelayan di restoran bintang lima.

“Silakan, Ratu Aya.”

Sesaat setelah Bunda pergi, Marka kembali fokus pada sang adik. Baru saja menolehkan wajah, Marka langsung memasang tampang ingin muntah akibat melihat interaksi pasangan di depan sana. Meski sudah menikah hampir dua tahun, Haiyan dan Naya tetap bertingkah laku kelewat cheesy. Lagak mereka mirip gaya pacaran Anak Baru Gede alias ABG.

Tiba-tiba Marka mengingat kejadian tiga tahun lalu, saat Haiyan menunjukkan wajah kusut di depan rumah Marka dan Naya, di Yogyakarta. Haiyan mencerocos perihal kecelakaan beruntun yang merenggut nyawa orang tuanya. Haiyan sengaja menjauh dari rumahnya di Depok seminggu setelah upacara pemakaman berakhir demi bertemu Marka. Dia bilang tidak berani menangis di depan adik-adiknya.

Haiyan mengeluh pada Marka atas ketidaksiapannya mengemban amanah sebagai putra sulung tanpa bimbingan ayah dan ibu. Terlebih, dari empat bersaudara, hanya Haiyan yang telah mendapat pekerjaan. Anak kedua, Hana, baru saja lulus kuliah. Si kembar, Haidar dan Haiden, masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat pertama. Walaupun ada harta warisan, Haiyan tetap merasa tanggung jawabnya pada kehidupan adik-adiknya sangatlah berat.

Saat itu Marka dapat memahami kegundahan hati Haiyan. Ayah Marka meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat saat Marka baru saja lulus kuliah. Marka tergolong beruntung karena ada Bunda di sisinya. Setelah Ayah pergi, Marka pun mengemban amanah untuk menjaga Naya, menjadi walinya. 

Maka dari itu, Marka langsung mengurus surat kepindahan ke Jakarta saat adiknya melanjutkan kuliah di salah satu universitas negeri di Depok. Marka, Naya, dan Bunda berkumpul dan tinggal di bawah atap yang sama. Rumah Yogyakarta yang penuh kenangan pun dikontrakkan.

“Aya mau apa lagi?”

“Sudah dulu. Makasih, Echan.”

Pertanyaan Haiyan yang tertuju pada Naya menarik Marka dari lamunannya. Marka melihat adiknya menggeleng sembari menyerahkan gelas kosong pada Haiyan. Marka serasa jadi nyamuk di antara mereka berdua.

“Nay, Kakak masih di sini, lho,” ucap Marka mengingatkan.

Haiyan dan Naya serentak melihat Marka. Kalau begini, Marka meyakini adik-adiknya sudah satu hati. Naya makin mirip Haiyan, pun sebaliknya. Marka mau menangis saat menyadari bahwa dia jadi mempunyai dua adik yang menyebalkan.

“Terima kasih sudah diingatkan,” sahut Haiyan sembarangan. Telapak tangannya terbuka menunjuk pintu. “Kalau begitu, saya persilakan Anda keluar. Apakah perlu saya antar? Sepertinya tidak.”

Marka melotot mendapat penghinaan. Meski begitu, dia tahu Haiyan tengah bercanda.

Naya tertawa melihat reaksi kakaknya. Tak lama, Naya menyesali perbuatannya. Dia meringis sambil memegangi luka di perut yang kembali berdenyut nyeri. Tertawa membuat otot-ototnya mengejang.

Haiyan panik. “Aya jangan banyak ketawa dulu! Kalau perutnya kebuka bisa gawat.”

Marka meringis, kemudian berjalan mendekati Naya. Dia mengamati tinggal tersisa satu selang infus di tangan kiri Naya. Menurut cerita Haiyan, kemarin ada dua. Keceriaan tergambar di wajah Naya, walaupun bibirnya masih sedikit pucat. Marka bersyukur, setidaknya Naya mengalami perbaikan kondisi sehingga bisa berpindah ke kamar rawat biasa.

Perasaan Marka bercampur aduk. Sisa-sisa panik dan kesedihan kemarin akibat takut Naya berpulang telah meluruh. 

Lihat selengkapnya