Come to Stay

Winda Nazira
Chapter #8

Menemani ke toko buku

"Non Fanya," panggil Bi Maina, wanita paruh baya yang bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga Milik keluarga Fanya.

Sang empunya nama memutar kepala untuk menoleh kebelakang. 

"Iya, kenapa Bi?" tanyanya yang sedang menikmati angin sore sendirian, dengan duduk di tepi kolam renang sambil menujulurkan kakinya ke dalam air. 

"Di depan ada Den Andra, nungguin Non."

"Suruh masuk aja, Bi!"

"Udah Bibi suruh, katanya dia mau ngajak Non keluar. Makanya gak mau masuk lagi."

Fanya menarik kaki-nya dari dalam kolam, lalu berdiri dengan cepat. Menghentak-hentakkan kaki kiri, lalu kanan beberapa kali sebelum lari supaya air yang menempel sedikit kering turun agar tidak sampai terpeleset.

"Non, hati-hati! Bikin Bibi geli aja lari-lari gitu!" seru Bi Maina melihat tingkah lakunya Fanya, kegiranga. Ia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. 

Fanya terus berlari tanpa peduli apa kata Bi Maina, untungnya enggak kualat.

"Andra," pekik Fanya ketika sampai dan langsung berdiri di ambang pintu, sambil berkacak pinggang. 

Andra yang sedikit terkejut menoleh ke arahnya. "Fanya," sapanya.

"Lo ngajakin gue kok mendadak gitu? Kenapa lo gak telfon atau whatsapp-in gue dulu biar gue bisa siap-siap, dandan yang cantik," protes Fanya sambil mencebikkan bibirnya. Ia mendekati Andra yang sedang duduk di sofa teras rumahnya. 

"Coba liat, ini apa."

Andra mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan pada Fanya semua riwayat penggilannya, juga chat-nya yang hanya cek list satu. 

Fanya menepuk jidatnya. "Hape gue, mati." Ia baru ingat sekarang, tadinya ia sengaja mematikan ponselnya agar tidak diganggu oleh si cowok paling menyebalkan. 

"Jadi salah siapa?" 

"Tetep lo yang salah. Kan lo, masih bisa telfon nomor telepon rumah gue kalo handphone gue gak aktif," bela Fanya, cewek mah selalu punya senjata untuk tidak pernah disalahkan. 

"Terserah lo," Andra meraih pergelangan Fanya untuk memudahkan dirinya bangkit dari duduknya. 

Beruntung Fanya tidak sampai terjatuh, saat Andra menggunakan lengannya untuk menarik dirinya.

"Sekarang mana handphone lo?" tanyanya lagi sambil mengulurkan tangan.

"Di kamar," jawab Fanya singkat. Itupun kalau tidak salah.

Andra menurunkan tangannya, seulas senyum terukir di bibir tipis Fanya. 

"Lo ke sini mau ngajak keluar kan?"

"Bukan." 

Jawaban Andra, membuat Fanya jadi memanyunkan bibirnya. Capek-capek lari, sudah senang duluan, seketika langsung kecewa mendengar ucapan Andra. 

Andra mencubit pipi Fanya gemas. Serta merapatkan giginya sambil berkata, "Jadi queen." 

"Nggak sakit, wee." Fanya menjulurkan lidahnya keluar, hingga membuat Andra jadi terkekeh melihatnya. 

"Mau gue cubitin lagi?" tawarnya, Fanya tersenyum lembar seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Lihat selengkapnya