Come to Stay

Winda Nazira
Chapter #9

Kita Sahabat

Pagi itu, kelas X-IPA1 baru saja menyelesaikan kegiatan olahraga mereka. Para siswa-siswi masih disuruh berkumpul di tengah lapangan oleh Pak Mario. Sedikit memberi aba-aba.

"Bagaimana semuanya, apa kalian merasa lelah?" tanya Pak Mario, kepada para siswa-siswi di hadapannya. Padahal ia tau sendiri jawabannya, tapi masih ingin bertanya juga.

"Lelah banget pak," sahut anak-anak bernada lemas.

"Iya pak, haus Pak."

"Betul pak, capek banget."

"Benar pak, setengah jam lagi gak usah dilanjutin pak..."

Para siswa-siswi saling bersuara, mengharapkan belas kasihan. 

"Ho,oh Pak. Kita istirahat aja Pak. Nanti kita enggak kuat belajar pas jam pelajaraan lain Pak," tukas Tasya. Situkang akting, tapi pagi ini ia menikmati jam olahraganya meski lelah. Kali saja sudah berubah, semenjak berteman dengan Fanya, juga Aiva. Yang namanya berteman dengan orang rajin, baik. Pasti energi positif dari mereka ikut mengalir juga pada Tasya.

"Kita setuju sama Lo, Sya." Anak-anak menyuarakan penuh semangat. 

"Tenang-tenang. Semuanya tenang," sahut Pak Mario. "Saya juga merasakan hal yang sama seperti kalian, capek. Cuman kalau saya tidak berbuat seperti prosedur, nanti saya bakalan makan gaji buta dong. Kan, gak mungkin kegiatan olahraga kita ganti dengan kegiatan bernyanyi." 

"Oke, semuanya." Pak Mario melirik arloji di tangannya, sambil mengatakan, "Jam pelajaran saya masih ada tigapuluh lima menit lagi. Saya harap kalian bisa gunakan untuk istirahat ataupun ganti baju." 

"Siap Pak," sahut anak-anak sambil berjalan bubar.

"Heh, heh. Siapa yang suruh kalian bubar?" tanya Pak Mario. Semua murid saling melempar pandangan. 

"Ya sudah. Bubar-bubar, saya juga mau balik ke kantor," katanya setelah menghentikan mereka tanpa kejelasan. 

"Yaelah Pak." Sebagian murid menjawab dengan malas. 

Pak Mario berdiri sambil berkacak pinggang. Memperhatikan para murid berjalan meninggalkan lapangan, yang kini sudah kosong. 

"Fanya, tungguin kita." Dua cewek, tak lain ada Aiva dan Tasya mengejarnya. Mereka berjalan sejajar. 

"Gue kira kalian gak ke loker dulu," balas Fanya sambil terus berjalan. 

"Awalnya sih gitu, tapi males juga pakek baju ini. Udah bau asem," ujar Aiva. 

Lihat selengkapnya