"Ehem."
Suara dehaman berat dari seorang cowok menghentikan aktivitas tiga gadis yang sedang berpelukan. Kemudian mereka menatap pemilik suara itu sesaat. Cowok itu ialah Reyhan.
"Ganggu ya?" tanyanya dengan tersenyum ramah kepada tiga hadis yang sedang duduk di bangku taman.
"Nggak kok Kak," sahut Tasya. "Kenalin, aku Tasya, ini Aiva dan ...."
"Gue, boleh pinjam cewek yang namanya Alenta Zefanya, gak?" tanya Reyhan cepat.
Fanya memutar bola matanya malas, tatkala namanya disebutkan. Ia membuang mukanya ke arah samping, untuk tidak memandangi Reyhan yang bediri di hadapan mereka.
Sedangkan Reyhan, laki-laki itu masih berdiri menatap Fanya penuh Harap. Tasya, dan Aiva saling melempar pandangan. Lalu mereka mengarahkan pandangan kepada Reyhan.
Aiva mengerutkan keningnya, kedua alisnya saling bertautan, ia memandangi Reyhan dengan rasa penasaran. Kerutan di dahinya semakin dalam, karena Reyhan tak kunjung berkata apapun setelah permintaannya untuk meminjami Fanya.
"Fanya," panggil Tasya tanpa mengalihkan pandangan dari Reyhan. Siapa sih yang mau melewatkan wajah tampan itu? Kecuali Fanya.
"Gue gak mau!" cetus Fanya kesal, tanpa sedikitpun mengarahkan pandangannya pada Reyhan.
"Kali aja penting Fan." Aiva ikut mengangkat suaranya, meski ia tau pasti berakhir seperti Tasya.
"Enggak, kalian ngerti gak sih? Udah ah, gue mau balik ke kelas," putus Fanya. Ia beranjak dari duduknya, lalu pergi begitu saja tanpa. Sedangkan kedua sahabatnya melongo melihat sikap Fanya. Sahabat. Masih ingat kan? Aiva, dan Tasya sekarang sahabatnya
Dan Reyhan, kali ini ia tidak ingin ingin memaksa Fanya, meski tangannya sangat gatal ingin menahan gadis itu agar mau ikut dengannya meski sebentar saja.
"Kak, maafin Fanya, ya," ujar Aiva merasa tidak enakan.
"Gue boleh minta tolong gak sama kalian?"
"Minta tolong apa, Kak?" tanya Tasya kepo.
"Gue minta tolong, sampaikan kepada temen kalian Fanya, jangan terlalu jutek. Ntar gue makin naksir," ucap Reyhan sambil berbalik badan, dan berlalu dari hadapan dua cewek yang memandanginya dengan tatapan ketidak percayaan.
"Va," panggil Tasya, matanya masih menatap lurus ke arah Reyhan yang terus berjalan membelakangi mereka. Pun dengan Aiva, yang sama hal dengannya.
"Apa?"
"Kita harus jagain Fanya," ucap Tasya datar. "Pokoknya jangan sampai itu cowok deketin Fanya."
"Bener, itu cowok pasti tukang nyakitin hati kaum hawa."
"Gue sependapat sama lo," sahut Tasya.
"Cabut yuk, gue gak sabar mau kasih tau sama Fanya soal ini," ajak Aiva yang sudah menggandeng lengan Tasya.
"Ayo, kita juga telat nih," ujar Tasya sekaligus mengingatkan tentang jam pelajaran mereka yang sudah terlambat beberapa menit gara-gara membicarakan Reyhan.