Kini Reyhan sedang menunggu Fanya tengah bersiap. Gadis itu tidak bisa diandalkan, padahal sudah dari tadi Reyhan menyuruh Fanya bersiap-siap karena ia akan membawa Fanya ke mana pun yang diinginkannya.
Setidaknya hari bolos mereka jadi lebih bermakna. Tujuan utama Reyhan yaitu untuk menghibur Fanya, membantu gadis itu kembali ceria seperti sedia kala. Membuat Fanya melupakan apa yang telah terjadi juga merupakan tujuan utamanya.
Fanya keluar mendatangi Reyhan tengah duduk di sofa teras menunggunya, ia memilih pakaian cukup santai untuk jalan-jalan. Ada yang berbeda darinya yaitu kacamata. Fanya sampai harus menggunakan kacamata guna menutupi mata bengkaknya.
"Woi," pekik Fanya di telinga Reyhan membuat laki-laki itu reflek menutupi telinganya.
"Haha. Sorry," cengir gadis itu tanpa dosa.
"Senang kan, lo?"
"Senang dong, hitung-hitung sebagai balas dendam karena lo dulu suka jahilin gue."
"Kalau lo senang, gue juga senang. Ayo, sekarang kita jalan." Reyhan berkata sambil menarik lengan Fanya menuju motornya.
Ia memasangkan helm di kepala Fanya. Begitu juga dengan gadis itu, ia malah tidak menolak. Fanya dengan senang hati menerima perlakuan dari Reyhan. Siap memasangkan helm pada Fanya, kemudian ia menggunakan untuk dirinya sendiri.
"Naik," perintah Reyhan ketika dirinya sudah di atas motor, dan menghidupkan mesin.
Fanya menuruti perintah Reyhan. "Temanin gue ke toko buku. Gue mau beli buku."
"Iya, ke mana pun, lo mau. Hari ini gue siap nganterinnya," tegaskan Reyhan. "Pegangan biar lo nggak jatoh," sambungnya lagi.
Lengan Fanya melingkar kuat pada perut Reyhan. "Oke," sahutnya.
Motor itu keluar dari area rumah Fanya, mulai membelah jalanan dengan kecepatan tinggi. Melewati setiap bangunan kota untuk menuju tempat Fanya inginkan.
***
Sampai di toko buku sesuai arahan dari Fanya. Reyhan memasuki motornya ke area parkir. Berjalan bersamaan memasuki toko buku itu, tersenyum ramah kepada beberapa awak toko yang tengah berada di dalam sana untuk merapikan tatanan buku.
Surga Fanya ada di semua buku-buku kesukaannya, juga pada novel-novel. Tidak perlu jauh-jauh untuk menenangkan diri, cukup toko buku tempat terindah bagi seorang Fanya.
Ia terus memilih-milih mana yang terlihat menarik. Karena menurutnya tidak mungkin buku-buku tidak menarik dan menginspirasi bisa masuk ke toko buku terbesar di indonesia. Fanya menjajaki seluruh lorong untuk menemukan buku apa saja yang ia mau. Sedangkan Reyhan, ia terus mengikuti Fanya sembari melihat-lihat juga. Siapa tau ada yang menarik.
Hingga tiba pada salah satu rak yang menghentikan langkah Reyhan. Di sana tersusun novel yang pernah di minta pinjam pada Fanya. Ia mengambil novel itu, namun Fanyan menahannya.
Fanya mengerutkan kening melihat Reyhan "Untuk apa?" tanyanya heran.
"Buat baca lah, gue minta sama lo katanya beli. Nah, ini mau beli."
Gadis itu mendengus. Di sini antara ia mau ketawa atau harus membiarkan. Ya, Fanya pernah mangatakan itu. Akan tetapi itu dulu sebelum mereka dekat.
"Nggak usah beli, besok gue cari dulu punya gue. Ntar gue pinjamin, deh."
"Gitu dong, dari kemarin kek," perintah Reyhan penuh penegasan.
"Kok, lo jadi nge gas?" Fanya ikut-ikutan meninggikan suaranya, tapi ya sebatasnya aja. Nanti dikira lagi bertengkar sama sekuriti dan Mbak atau Mas penjaga toko.
"Lo juga," kata Reyhan seraya mengacak rambut Fanya geram.