Dering ponsel Andra menyadarkan laki-laki itu dari keasyikannya mengobrol bersama teman-temannya. Ia merogoh saku celana untuk mengambil ponsel.
"Halo, Aiva. Ada apa?" tanya Andra ketika panggilan mereka terhubung.
"Bisa ketemuan nggak? Aku mau ngobrolin sesuatu sama kamu," pinta Aiva dari seberang panggilan.
"Nggak bisa di omongin sekarang?"
"Nggak. Ini penting, aku mau kita bicara secara langsung."
Andra tampak memperhatikan teman-temannya yang lain. "Tapi aku lagi sama temen di luar," katanya.
"Pas banget, aku juga lagi di luar sama Mama. Kamu lagi di mana? Share loc aja. Biar aku samperin kamu."
"Aku di caffe. Nanti kita cari tempat lain aja kalau kamu mau ke sini. Aku share loc ya."
"Iya."
Andra memutuskan sambungan telepon, ia mengirim alamat sesuai permintaan dari Aiva. Dari penuturan Aiva tadi juga terdengar penting. Andra mulai kembali menimbruk bersama teman-temannya yang lain.
***
Dari kejauhan Andra sudah melihat sang pacar masuk sendirian ke dalam caffe. Ya, itulah yang sedari tadi mata Andra jaga. Matanya mengawal pintu kaca caffe itu, supaya gadis itu tidak perlu kebingungan mencari atau menghubunginya.
"Ehem." Andra berdeham. "Guys, gue pindah tempat ya. Ada yang perlu gue bicarain sama cewek gue."
"Oke bro," jawab Karim. Begitu juga yang lainnya membiarkan Andra untuk pergi.
Andra berdiri dari duduknya, ia mengangkat tangannya buru-buru ketika Aiva mulai celingak-celinguk mencari dirinya.
Gadis itu tersenyum ke arahnya. Ia segera menghampiri Aiva, sebenarnya penasaran juga tentang apa yang ingin disampaikan pacarnya sampai-sampai mengajaknya dadakan bertemu.
"Aiva?" Andra kini sudah menghampiri pacarnya. "Di sini aja ...."
"Pojokan sana," potong Aiva buru-buru. Ia berjalan ke arah pojokan, menurutnya pojokan lebih nyaman.
Andra cuma mengangkat bahunya pasrah. "Ya udah, ayo," ajaknya sembari mengaitkan jemarinya dengan jemari Aiva mengajak ke tempat sesuai keinginan pacarnya.
"Duduk," perintah Andra sambil menarik bangku untuk gadis itu tempat. Pun dengan dirinya menyusul setelah itu.
"Mau pesan apa?"
"Milk---Shake,---" jawab Aiva. "----rasa coklat."
Laki-laki itu melambaikan tangan ke atas memanggil pelayan untuk memesan minuman Aiva. Ia tentu tidak lagi memesan pada dirinya sendiri karena barusan, ia baru saja pindah dari meja yang masih berderetan piring dan gelas bekas makanan dirinya bersama teman lainnya.
"Mbak, chocolate milkshake satu," kata Andra.