Begitu sampai di Panti Asuhan, motor Reyhan mulai melambat. Gerbang panti terbuka lebar untuk mereka semua, tentunya oleh sekuriti yang bukakan.
Semua mulai memarkirkan motor bersejajar dengan rapi, tidak lama empat pengurus panti ikut menyambut mereka semua. Reyhan menjumpai para pengurus untuk bersalama. Lalu, para anggota lain juga ikut menyalami.
Selesai bersalaman, anak Calvert Geng membantu mengeluarkan barang-barang yang akan mereka serahkan kepada anak-anak panti.
"Cewek-cewek nggak usah, biar para cowok aja yang ngangkatnya," lontarkan Arkan Fanya bersama Tasya ingin membantu mereka.
"Iya, masuk saja dulu ke dalam," ajak Bu Meri, menghampiri mereka.
Fanya tersenyum penuh kehangatan saat mendapati ada begitu banyak anak-anak kecil sedang bercanda bersama teman-temannya, ada juga sedang menggambar dan lain semacamnya.
Seluruh anak-anak itu sontak menghentikan aktivitas mereka, lalu berdatangan menyalami Fanya dan juga Tasya. Anak-anak kecil itu sudah terbiasa untuk bersalaman dengan tamu yang datang mengunjungi mereka.
Semua anak-anak begitu lucu-lucu dan ceria menyambut mereka.
Anggota Calvert Geng mulai masuk membawakan barang-barang yang akan mereka serahkan kepada.
"Hai, adik-adik," sapa Reyhan kepada mereka semua. Anak-anak menyahutnya dengan ceria, dan tertawa girang.
Seorang bapak-bapak yang sepertinya adalah pemilik yayasan panti asuhan tersebut mulai memberikan kata sambutan atas kehadiran Reyhan bersama teman-teman semua.
Usai Bapak tersebut memberikan ucapan rasa terima kasih, acara pembagian buku akhirnya dilakukan.
Satu persatu anak-anak maju kedepan untuk menerima paket buku sesuai usia mereka.
Acara berlangsung penuh dengan keceriaan.
Melihat senyuman kebahagian anak-anak kecil, kehangatan menyeruak dalam hati Fanya. Mengingat sebagian mereka adalah anak titipan orang tua, ada sebagian anak yang memang sengaja dibuang tapi mereka sama sekali tidak menunjukkan kesedihan. Mereka malah bisa tertawa bebas. Sedangkan status Fanya juga yatim, tapi masih memiliki rumah walau terkadang Mama nya selalu sibuk.
Setelah acara selesai, semua para laki-laki mulai berpamitan untuk pulang. Kecuali Fanya dan Tasya, mereka masih duduk di pojokan bermain dengan satu bayi laki-laki.
"Mau di bawa pulang?" tawar Reyhan sudah berada di belakang dua gadis itu.
"Boleh," terima Fanya dengan senang hati. Ya, ia tau itu hanya candaan tapi jika benar Reyhan membawa pulang bayi mungil itu. Bisa dipastikan ia akan sangat bahagia.
"Ya, kita urus bersama aja kalau bayi ini di bawa pulang." Tasya ikut senang.
"Enggak jadi deh, kalau lo juga mau. Gue mau bawa pulang untuk Fanya doang."
"Emangnya serius?" tanya Fanya dengan mata berbinar.
"Hem, nggak. Mending punya sendiri aja deh, ntar kalau punya kita pasti lebih gemesin lagi."
"Apaan sih, gak usah gawur. Udah ayo, pulang." Fanya merasa malu akan ucapan Reyhan, padahal bisa saja ia menganggap itu lelucon tapi itu terdengar sangat romantis sampai-sampai tersipu.
"Bye-bye anak bayik. Kakak-kakak pulang dulu," ucap Fanya seraya mencubit pipi gembul bayi itu gemas.
Fanya dan Tasya berpamitan pulang, tidak lupa menyalami para pengurus panti sebelum keluar.