SMA Harapan Bangsa sedang menggelar perlombaan renang antar kelas, khususnya untuk para cowok. Dan yang untuk perwakilan kelas yang tidak pernah tertinggal adalah Reyhan, dia selalu menjadi pemenang jika dalam hal renang.
Gedung olahraga milik SMA itu sudah berjejeran para pendukung dari perwakilah kelas masing-masing, eh, tidak semua kelas juga ya. Hanya untuk beberapa kelas terpilih saja.
Meskipun antar kelas, para supporter tetap berada pada pihak Reyhan terbanyak. Pastinya para cewek-cewek yang menjadi pendukungnya. Termasuk Fanya, Tasya dan dua sahabat Reyhan sendiri. Mereka duduk di barisan paling depan sebagai penonton. Ah, bukan. Mereka pendukung.
Semuanya mulai berdiri.
Suara riuh tepuk tangan dan sorakan begitu menggema ketika Reyhan berhasil menempati posisi utama.
"Heh! Tepuk tangan dong, itu pacar lo pemenangnya." Tasya menyenggol lengan Fanya. Bisa-bisanya sahabatnya itu tidak bertepuk tangan.
"Nggak perlu," celutuk Fanya. Tapi ia tersenyum senang melihat Reyhan bisa menang. Pun laki-laki itu juga tersenyum bangga ke arahnya.
Para peserta belum naik ke atas, mereka semua masih tetap di dalam kolam untuk melakukan pendingin usai renang.
Dan barulah setelah itu semua para peserta lomba pergi ke ruang ganti masing-masing.
***
Sabtu pagi ini, Fanya mengajak Reyhan ke makam papanya. Ya, hari ini adalah ulang tahun papanya. Tidak hanya papanya, sahabatnya juga.
"Berhenti-berhenti," ucap Fanya buru-buru, dengan menepuk bahu Reyhan beberapa kali.
Langsung saja motor yang Reyhan kendarai berhenti di depan toko bunga.
"Nggak usah turun, tunggu di sini. Gue nggak lama," perintahnya. Reyhan menurut, tidak turun dari motor.
Tidak lama setelah itu Fanya kembali membawa dua buket Edelwies.
Reyhan mengernyit bingung. "Kenapa lo bawa bunga itu?"
"Bunga ini... tiap hari ulang tahun Papa, gue selalu bawa waktu berkunjung bareng Andra."