"Bisa gak sih. Lo datang kemari gak teriak teriak seperti orang kesetanan!" bentak cowok yang merasa tidurnya terganggu dengan teriakan Fanya.
Fanya terkejut bukan main, sambil berpegangan pada pembatas gedung, ia mengambil beberapa langkah untuk mundur mendekati tangga berniat untuk turun, sambil merogoh ponsel dalam saku kemejanya, untuk jaga-jaga jika ada yang perlu dihubungi.
Karena masih penasaran dengan wajah pemilik suara itu, Fanya berdiri dengan jarak sedikit jauh dari cowok aneh itu, dan menunggu sang cowok membuka penutup wajahnya.
Awalnya Fanya mengira rooftop gedung itu kosong. Ternyata pemikirannya salah, tau taunya ada cowok menyebalkan sedang tidur sendirian, menutupi seluruh wajahnya menggunakan jaket berbahan parasut warna army di atas kursi panjang, sepertinya memang sudah tersediakan untuk si cowok menyebalkan ini.
"Dasar cewek aneh." Cowok itu menggerutu seraya menghempaskan jaket di wajahnya, lalu bangkit untuk duduk, dan melihat sekeliling tempat itu mencari tau siapa yang sudah mengganggu tidurnya.
Fanya terkesima ketika mendapati sosok tampan bak pangeran dalam dongeng. Rambutnya sedikit curly, matanya agak kecoklatan, dan hidungnya yang mancung.
"Lo bilang apa tadi?" Fanya kembali bersikap normal setelah memperhatikannya sesaat.
"Ngapain lo teriak teriak di sini? Satu lagi, kenapa bisa cewek seperti lo berani naik ke atas gedung ini?"
"Lo siapa?" Fanya memberanikan diri untuk bertanya, ada sedikit raut wajah ketakutan terukir di sana.
"Tenang, gue orang bukan hantu."