Come to Stay

Winda Nazira
Chapter #4

Bertemu Reyhan Si cowok menyebalkan

"Fan," panggil seseorang dari kejauhan sambil melambaikan tangannya ke atas, dibalik kerumunan siswa.

Saat ini Suasana sekolah memang sedang dipenuhi para siswa keluar, pulang.

Fanya mengikuti pergerakan tangan itu, ternyata Andra.

"Andra," sapa Fanya kegirangan dijemput oleh sahabatnya.

"Aiva mana?" 

"Jadi Aiva belum kemari?" Fanya bertanya balik, memang benar tadinya Aiva keluar lebih dulu dari dirinya. 

"Dia bilang sama gue, dia duluan, mau tungguin lo."

Masing masing mereka membuka ponsel, siapa tau Aiva meninggalkan notifikasi untuk mereka. 

Fanya memasukkan kembali ponsel ke dalam saku seragam sekolahnya, karena tidak ada kabar dari Aiva. 

"Sama gue Aiva gak kasih tau apa-apa."

"Gue juga," tambah Andra. 

Kebisuan menghiasi mereka berdua, Fanya yang tak sengaja menangkap rias wajah Andra mengkhawatirkan pada Aiva, sambil menarik pelan napasnya, Fanya menekan dadanya yang sakit. Sakit karena memendam perasaan cinta yang tak seharusnya tumbuh.

"Gue takut terjadi sesuatu sama dia," keluh Andra seolah Aiva terluka. 

Lagi, Fanya hanya diam. Menundukkan kepala, menyembunyikan raut wajah kekecewaannya kepada Andra yang khawatirnya berlebihan pada Aiva.

"Coba telfon!" perintah Fanya tak sabar hanya menunggu tanpa kepastian.

Andra menurut, ia mulai mencari nomor Aiva untuk dihubungi. Namun, baru hendak Andra menelepon, Aiva malah menelepon Fanya.

"Dia telepon kemari," ujar Fanya sambil memperlihatkan layar gawainya pada Andra, dan menjawab panggilan Aiva.

"Va, lagi di mana? Gue sama Andra nungguin lo di depan." 

"Gue udah pulang bareng Mas Andi, Kakak Ipar gue. Sorry ya, tadi handphone gue mati, jadinya gue gak bisa ngabarin lo."

"Bukannya lo bilang mau tungguin kita?" Fanya melirik Andra, yang sedang memperhatikan dirinya.

"Ya, Awalnya gue tungguin Andra. Tiba tiba Mas Andi jemput gue, karena Oma masuk rumah sakit." 

"Oh gitu, cepat sembuh ya buat Oma lo."

"Makasih Fan, udah ya, gue tutup dulu teleponnya."

Setelah panggilan ditutup, Andra mendekati Fanya.

"Dia bilang apa?" tanya Andra pelan.

"Dia baik baik aja kok, tadi dia dijemput Kakak Iparnya."

"Syukurlah, sesuai janji gue, hari ini kita jalan jalan sampai lo puas," ujar Andra seraya membuka pintu mobil untuk Fanya.

"Kira kira enaknya kita ke mana ya?" tanya Fanya sesaat setelah Andra duduk di jok kemudinya. Senyum Fanya tak pernah lepas dari bibirnya tipisnya.

"Seatbelt nya pasang, Fan," perintah Andra sembari menarik sabuk pengaman untuk Fanya.

Wajah mereka saling berdekatan, jantung Fanya jadi berpacu lebih cepat dari biasanya. 

Tubuhnya jadi tegang karena menahan napas.  Ini bukan. Takut kehilangan kontrol, Fanya menarik dengan cepat sabuk pengaman yang ada pada Andra.

"Gue bisa sendiri, An," tolak Fanya lembut, takut Andra bisa mendengar degup jantungnya yang semakin menggebu. 

Andra jauhi Fanya, balik duduk seperti semula. "Terus kenapa seatbelt nya gak lo pasang?" 

Tidak ada jawaban dari Fanya, cewek itu menatap lurus ke depan. Mencoba untuk bersikap biasa saja, menenangkan jantungnya yang seperti ingin meloncat keluar. 

"Fan." Andra mengguncangkan bahu Fanya, membuat Fanya menoleh padanya. 

Lihat selengkapnya