Baru beberapa menit setelah bunyi bel jam istirahat berbunyi, suasana kantin menjadi sangat padat. Belum lagi suara para siswa/i yang memenuhi seluruh kantin sudah layaknya pasar, mungkin tidak afdal kali makan tanpa bicara. Hal lumrah ketika sudah berkumpul, sudah jadi kebutuhan yang tak bisa dikesampingkan. Sebuah kebiasaan yang sudah mendarah daging.
"Han, Al. Mau pesen apa? biar aku pesanin," tanya Alfi sudah berdiri, siap memesan makanan dan minuman untuk mereka bersama.
"Batagor, sama jus jeruk aja."
"Samain," sahut Arkan.
Alfi bergegas pergi, meninggalkan mereka.
Sembari menunggu, Reyhan meneguk air mineral dalam botol yang sudah tersediakan di meja.
"Han, ada cewek cantik," bisik Arkan. Reyhan yang mendengarkan hanya memutar bola matanya malas, sembari meletakkan kembali botol air mineral bekas minumnya.
"Gue laporin sama Mia lo, yah!" ancam Reyhan serius.
"Yah lo gak asik," dengus Arkan, sebenarnya ia sama sekali tidak takut dengan ancaman Reyhan. Sudah biasa kali Reyhan mengancam dirinya seperti itu, nyatanya enggak pernah ada laporan apapun yang masuk kepada pacarnya.
"Han, serius deh. Lo liatin tuh cewek di belakang kita, ada Ega sok deket sama cewek tadi."
Reyhan jadi penasaran dengan cewek Arkan maksud, apalagi bawa-bawa nama Ega. Wakil OSIS yang paling suka baperin cewek di sekolah. Reyhan memutarkan kepalanya pelan. Matanya menangkap jelas cewek yang dimaksud Arkan adalah 'Alenta Zefanya' duduk tak jauh dari mereka. Ada yang beda dari raut wajah cewek itu, dia seperti kurang nyaman bersama Ega, si perayu ulung.
"Bentar ya, gue samperin dulu." Reyhan menyentuh pundak Arkan, seraya bangkit dari bangku.
"Sekalian pindah lapak gak?" tawar Arkan.
"Gak," sahut Reyhan singkat, kini mulai berjalan mendekati Fanya. Hatinya jadi tergerak sendiri untuk menghampiri mereka, sekalian membantu Fanya, siapa tau tukang baca mantra pergi.
"Hei bro, kebetulan lo di sini," sapa Reyhan sambil menepuk pundak Ega, sontak Ega menoleh ke arahnya.
"Kalian deket ya?" tanya Reyhan lagi, berpura-pura basa-basi, yang sebenarnya malas bangat berurusan dengan Ega. Tak tau kenapa, menyangkut Fanya ia menjadi sedikit peduli meski sudah membuat Fanya kesal pagi tadi saat mereka berpapasan.
"Baru mau pe-de-ka-te," sahut Ega penuh percaya diri.
"Nggak kok, kebetulan aja Kak Ega nyamperin gue ngajak ngobrol biasa." Fanya mengangkat salah satu sudut bibirnya ke atas, merasa jijik dengan apa yang Ega lontarkan.
Orang sedari tadi gak nyaman di bilang PDKT. Nyari masalah kali yah.
"Ehem, langsung digodain sama cogan nih," celutuk Tasya, sembari meletakkan dua mangkuk bakmi lalu di susul Aiva juga membawa spageti.
"Permisi Kakak-kakak." Aiva mulai menebar pesona, tersenyum manis kepada Ega, dan Reyhan dengan memperlihatkan giginya yang tersusun rapi. Emang manis sih, tapi gak usah tebar-tebar pesona juga kali! Ingat Andra!
"Fan, kata ibu kantin minumannya nyusul," ujarnya lagi sembari menyerahkan spageti untuk Fanya.
"Duh, kayaknya rame nih. Ntar aja deh kita ngobrol, gue balik sama temen-temen gue dulu yah." Reyhan menunjuk sahabatnya yang sedang duduk di hadapan mereka.
"Ehem." Ega berdeham, lalu berdiri sambil mencondongkan wajahnya ke arah Reyhan.