Pii.... Pii... Pii...
Reyhan bersiul, sambil berdiri. Kedua tangan terlipat di dadanya dengan kepalanya menengadah ke atas memandangi pepohonan di sekitar taman sekolah. Ia sengaja bersiul untuk mengganggu seorang gadis yang sedang duduk sendirian di bangku taman sekolah, hanya ponsel di tangan yang setia menemaninya.
Ini jam pulang, yang tidak ada kegiatan harusnya sudah pulang, gadis itu malah duduk di bangku taman. Apa dia menunggu sesuatu?
Ya, sepertinya dia nungguin gue gangguin dia. Batin Reyhan.
Gadis itu sama sekali tidak menggubris kedatangannya, ia ternyata malah asyik menonton drama Korea pada handphone-nya dengan kedua telinganya di sumbat menggunakan earphone.
Perlu ditegaskan, Fanya enggak mau peduli!
Di sekolah tidak mungkin ada tukang hipnotis, atau apalah, karena penjagaan di sekolahnya sangat ketat. Makanya untuk apa peduli dengan orang tidak jelas, yang hanya ingin mengganggunya.
Reyhan merasa jengkel, masa kehadirannya diabaikan begitu saja. Ia sudah lelah bersiul.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun, Reyhan menarik ponsel gadis itu sampai si empunya terlonjak dari duduknya. Ia langsung dihadapkan dengan cowok yang sudah dua kali merampas benda miliknya. Pandangan mereka sempat bertemu sebentar, kemudian Reyhan mengesampingkan dirinya.
"Kurang ajar, kembaliin HP gue!" sergah Fanya, kali ini kesabarannya sudah habis menghadapi Reyhan karena terus-terusan mengambil barangnya. Tadi novel, sekarang handphone. Ke depan mau ambil apalagi?
"Gak mau," jawabnya enteng, ia memasang tampang sok memelas agar Fanya semakin kesal padanya. Harus apalagi coba, muka gadis itu sangat lucu jika sedang kesal padanya.
"Gue teriakin lo maling," ancam Fanya serius, dan mulai menarik napasnya secara dalam.
Siap untuk meledak!
Ketika mulutnya mulai sedikit terbuka siap untuk berteriak, namun belum sempat mengeluarkan suara apapun. Reyhan secara sigap membekap mulut Fanya dengan tangan kirinya, serta menggunakan lengan kanan untuk mengunci kepala gadis itu, ponsel tadi masih ia genggam dengan kuat agar tidak sampai terjatuh.
"Kalo lo berani teriak, handphone-nya gue bawa pulang." Reyhan berbalik mengancam, tidak serius sih. Gertakan saja supaya Fanya enggak berteriak, yang ada nanti orang kira kenapa-napa lagi sama itu cewek. Kan, enggak lucu. Dari bercanda jadi rame, lalu di panggil keruang BK.
Reyhan melepaskannya.
"Balikin handphone gue!" pinta Fanya gak ada lembut-lembutnya sebagai seorang cewek.
Mulutnya seperti itu hanya untuk seorang Reyhan! Sama yang lain masih bisa di kontrol kok.