Comedy-tale

Embun Penyejuk
Chapter #3

2 — Mika dan Mimpi dalam Sunyinya

“Mimpi dalam diam. Ada sebagian beruntung, sehingga tak lagi dalam diam. Ada pula yang tak beruntung, sehingga terus menerus tersimpan dalam diam. Dan ada yang diberi kesempatan, namun justru disia-siakan.”

_________________________________

“Ngapain?” ketus Mika saat berada di depan kelas.

“Eh, Mik.” Lelaki bernama Marcel itu nampak terkejut, “gue mau ngasih ini,” ujarnya sembari menyerahkan selembar kertas.

“Apaan?” tanya Mika sembari mengambil alih kertas tersebut.

Ekspresi Mika berubah. Dia menatap kertas tersebut dan Marcel bergantian. “I-ini… b-beneran, Cel?” tanya Mika tak percaya.

“Beneran lah, Mik. Masa bohong sih,” jawab Marcel.

“M-makasih, Cel!” girang Mika dan berlalu meninggalkan Marcel.

***

Mika membanting tubuhnya di atas ranjang. Menatap langit-langit kamarnya. Tersenyum-senyum sendiri. Kemudian bangkit meraih sebuah kertas di atas nakas.

Bagai baru saja menerima sebuah hadiah, Mika terus saja tersenyum. Memeluknya erat. Bahkan sesekali mencium kertas tersebut.

Katakan jika Mika persis seperti orang gila saat ini! Bagaimana tidak? Ia seolah-olah menganggap kertas tersebut memiliki nyawa. Memeluknya, menciumnya, bahkan mengajaknya menari-nari mengelilingi kamarnya.

“Ngapain lu, Mik?” tanya Morgan yang entah sejak kapan telah berdiri di ambang pintu.

Mika menoleh. “Yang harusnya tanya itu gue, Gan. Lu ngapain masuk gak ngomong-ngomong? Nekan bel kek, bilang kek, atau gak salam gitu. Ini malah langsung masuk,” gerutu Mika sembari menyimpan kertasnya, “tadi aja sok-sokan pake ngucap hamdalah. Bilangnya tobat lah, tapi mana buktinya, Bung?” sindir Mika.

Peace, Mik,” cengir Morgan, “lagian gue udah nekan bel tapi gak lu buka-buka. Ya udah, langsung masuk deh,” lanjutnya.

Mika berjalan menghampiri Morgan. “Lu tuh ya! Dari dulu gak ada sopan-sopannya. Kalau belum dibuka-buka, ya lu tunggu dulu! Bukan main nyelonong aja!” ceramah Mika sembari menyentil kening Morgan.

“Ya maap, Mik,” jawab Morgan.

Mika melewati Morgan. Berjalan menuju sofa. “Lu ngapain ke sini?” ketus Mika.

“Mau ajak lu ke pameran. Lu mau gak?” tawar Morgan.

Mika menoleh. Mengerutkan keningnya. “Ngapain lu pake nawarin segala. Lu ‘kan tahu, kalau gue udah jomblo sejak embrio. Yang pastinya gue gak ada sibuk-sibuknya dan mau-mau aja. Asal gak dipungut biaya gitu aja,” jawab Mika santai.

Lihat selengkapnya