Commitment

Maina Zegelman
Chapter #1

1. Di Balik Jendela.

Tahun 2024.


Ku buka kedua mataku. Terlihat, segalanya telah berubah. Musim salju kemarin, berganti menjadi musim semi. Hal seperti ini, sangat di sukai kaum muda-mudi. Mereka akan menghabiskan waktu dengan pacarnya.


Mereka hanyut dalam kisah asmara mereka. Terjerat cinta, memang terasa indah. Kalau dinikmati, sealan pelangi akan selalu ada setiap harinya. Bahkan musim hujan dan musim dingin, disepanjang jalan, kau seakan melihat bunga yang bermekaran.

Indah, nuansanya akan selalu berwarna merah muda.

Tapi, apakah kau yakin begitulah cinta? Jawabannya, seperti siluman babi dalam sebuah serial drama, beginilah cinta deritanya tiada akhir.

Orang-orang mulai berdatangan. Mereka menggenggam erat tangan kekasih mereka. Aku melihat istriku, yang sedang menggendong bayi. Kang So Mi. Dia adalah sahabat, yang telah ku jadikan istri.

Di saat diriku dilema karena cinta yang membunuhku, dia datang menyelamatkan aku untuk melupakan yang telah lalu. Airmata meleleh membasahi wajahku. Saat, apa yang ku pertahankan, memilih untuk pergi begitu saja.

Lagu-lagu romantis terputar. Ada yang dari Yoon Mi Rae, IU dan beberapa penyanyi barat lain. Dan, yang paling menjadi favorite adalah, lagu dari Sixpence No Richer.

Setelahnya, lagu berjudul "Never Had A Dream Come True". Ini adalah lagu, yang menjadi kisah cinta berawal, setelah diriku dicampakan begitu saja oleh wanita yang dulu, yang membuatku berfikir, tak ada wanita yang lebih indah dari ini.

Ku lihat, adikku masuk ke dalam kedai kopi yang ku kelola. Dia menggandeng mesra pacarnya, yang baru saja digaetnya.

Dia adalah adik perempuanku, yang hidupnya terlalu flat. Seharian, hidupnya belajar, dan tak mau bersinggungan dengan hal-hal berbau cinta.

Baginya, cinta itu bagaikan fiksi, dan terjadi dalam sebuah drama. Namun kini, dia harus menjilat air ludahnya sendiri.

Pacarnya tampan, dan dia sangat populer di sekolah. Bagaimana dia memiliki selera yang payah seperti adikku? Sejak dia ditembak oleh cowok populer satu ini, dia mulai belajar mempercantik diri.

Namanya Na Ri. Anak itu berani-beraninya menggenggam tangan adiku didepanku. Aku sedikit terpanjat saat aku, sibuk menghitung uang masuk. Seketika istriku yang sedang menyusui anakku yang masih bayi, kemudian menyuruh karyawan lain, agar aku menegur bocah aneh, yang seenaknya melakukan itu.

Adikku terlalu polos. Aku harus mengontrolnya, agar menjadi wanita yang baik. Aku takut, pasangannya tidak berkomitmen seperti kisahku dimasa lampau.

"Jangan terlalu leluasa, dia masih kecil." Ujarku.

"Ah ..., ia ..., maaf." Ujarnya.

"Oppa, kau terlalu tegas. Jangan kaku!" Ujar adikku yang sedari tadi, mengambil macaroon. Dia memberikannya secara gratis, kepada pacarnya ini.

"Na Ri, aku di sini membeli kue kakakmu."

Lihat selengkapnya