Aku meringis kesakitan setelah benturan antar lenganku dengan meja. Refleks kedua telapak tanganku menutup mulut, berharap tak ada yang mendengar ringisanku. Kalian mungkin bertanya-tanya mengapa aku menyelinap keluar rumah seperti seorang pencuri, well...
"Kau sedang apa?"
Itulah jawabannya. Ya, kalian benar, aku tak ingin bertemu dengan si keriting sialan ini. Tapi terlambat, dia menemukanku. T-tunggu dulu...
Aku mengalihkan pandanganku kearah laki-laki ber-dimples yang kini tengah melihatku bingung, tangannya terlihat sibuk membawa kotak-kotak yang kuyakini lumayan berat. "Kau sedang apa?" tanyanya lagi. Aku menegapkan tubuhku, berdeham, mencoba kembali bertingkah normal.
"Aku sedang apa? Bukankah seharusnya aku yang bertanya kepadamu? Sedang apa kau di sini pagi-pagi buta begini?" balasku sembari melipat tangan di depan dada. Ia mengangkat kotak-kotak itu sedikit, memberi sinyal seperti 'aku-kemari-karena-ini'. "Apa itu?" tanyaku.
"Entah, ibuku menyuruhku untuk memberikannya kepada ibumu," Ia lalu berjalan ke arah meja dan meletakkan kotak-kotak tersebut. Ia memalingkan wajahnya kearahku, "Ingin kuantar?" aku sedikit terkejut.
"Tak perlu, aku bisa berangkat sendiri," Sebelum aku bisa keluar rumah, suara melengking ibuku membuatku berhenti. "Leo!" serunya, memeluk tubuh tinggi Leo lalu melihatku datar.