Dengan mata berbinar-binar Danan menatap Mariskha, jika bisa digambarkan adegannya hampir mirip seperti film kartun, terpesona.
Gadis cantik dengan tinggi bak model, disertai dengan kulit putih mulus, tersenyum manis, sembari sesekali tertunduk malu.
Pandangan Danan tak lepas dari Mariskha, gadis cantik itu, kali ini akhirnya menjadi miliknya yang sah.
Danan merapikan jas putih yang ia kenakan, dan sekali lagi dia pandang Mariskha lekat-lekat, ah!! Gadis cantik itu benar-benar menggoda iman, dengan kebaya modern putih yang mengikuti lekuk tubuh, laki-laki mana yang tahan untuk tidak memperhatikannya, dan itu membuat Danan agak sedikit cemburu, karena dia hanya ingin pandangan itu miliknya saja, jangan orang lain.
Tapi di hari bahagianya saat ini, tak bisa dia menutup mata para undangan yang datang, karena pada kenyataannya mereka semua adalah tamu undangan, ah!! Biarlah para tamu itu memuji, betapa molek dan cantiknya istri seorang Danan, yang sudahlah hitam, jika diperhatikan pasangan pengantin tersebut ibarat susu dan kopi, batin Danan, tapi setidaknya dia adalah pemilik yang sah, yang lain hanya bisa memuji dan berandai-andai, sungguh kasihan.
Danan merasa agak aneh, saat masih banyak tamu, Danan tak merasa gugup, tapi ketika para undangan satu persatu pulang, dan tenda beserta perabotan yang lainnya mulai dibereskan, Danan mulai gugup dan berkeringat dingin, meskipun cuaca mendung, dan nampaknya tak lama lagi akan turun hujan.
Tapi lain halnya dengan Mariskha, dia terlihat biasa saja, terlihat jauh lebih santai, dan berulang kali menyeka keringat yang membasahi wajah Danan.
Diperlakukan seperti itu, Danan semakin gemetar, dan salah tingkah, membuat Mariskha tertawa kecil.
Saat para tamu undangan sudah semuanya pulang dan orang-orang di rumah pun sudah beristirahat, karena lelah seharian menjamu para tamu undangan, justru Danan yang tak merasa ngantuk sama sekali, dia justru kelihatan gelisah, terlebih saat mendengar suara gemericik air yang sedang dipakai oleh Mariskha untuk mandi.
Danan berharap Mariskha lebih lama lagi mandinya, karena ketika mendengar suara gemericik air yang hilang, jantung Danan tiba-tiba berdetak kencang, sungguh kacau, jantung dan dia rasa semua organ tubuhnya kacau.
Saat pintu kamar mandi dibuka, jantung Danan benar-benar semakin tak karuan, kalau bisa digambarkan, seperti film kartun gambarannya, jantung Danan ibarat kata, sudah melompat dari tempatnya.
Mariskha tersenyum manis, manis sekali lebih manis dari gula jawa, gula batu, gula pasir bahkan pemanis buatan sekalipun, tapi yang agak Danan bingung, kenapa dari tadi Mariskha tak berbicara sepatah kata pun, hanya menunjukkan gesture wajah saja terus, Ah!! Sudahlah, mungkin dia juga gugup, sama seperti dirinya.
Mariskha duduk tepat di samping Danan, wangi parfum yang Mariskha gunakan sontak membuat Danan terhanyut sejenak, membayangkan awal mula keduanya bertemu dan akhirnya bersatu, itu semua karena parfum dan sapu, sapu yang membuat sebotol parfum pecah, saat Danan membantu paman Mariskha membenarkan lampu dirumahnya, dan saat itulah Danan untuk pertama kalinya melihat Mariskha, yang baru keluar dari kamar mandi, dengan tergesa-gesa. Karena pemandangan yang Danan lihat itu untuk pertama kalinya, sontak konsentrasinya buyar, dia terjatuh dari tangga, dan kemudian tertimpa sapu, kemudian sapu tersebut menyenggol sekotak parfum yang baru saja diantar oleh seorang kurir, dan rupanya parfum tersebut adalah, barang dagangan Mariskha.
Sungguh pertemuan yang indah, batin Danan, karena jika parfum itu tidak pecah, tentulah perkenalkan pertamanya dengan Mariskha akan diwarnai bau keringat, tapi berkat botol parfum yang pecah tersebut, dia akhirnya wangi sewangi-wanginya.