Connesso

Cano
Chapter #1

CHAPTER 1 - MIA'S POV

Aku tidak percaya akan menginjakkan kaki di rumah sakit, namun bukan untuk berobat, melainkan untuk memberi makan egoku yang tampak setengah gila ini. Dengan sok keren, aku menyebutnya keberanian.

Mungkin, jika tindakanku adalah sebuah pertunjukan, akan ada trigger warning; adegan dilakukan oleh wanita yang sanggup saja.

Aku mendorong pelan pintu kaca itu, seketika tercium aroma antiseptik yang pekat. Bagaimana tidak? Rumah sakit memang sengaja dibuat supaya tetap steril, kan? Aku lantas menghampiri meja resepsionis, yang sedang tak ada pengunjung.

"Permisi, saya mau bertemu dengan Dr. Lena Presley. Umm ... saya baru saja dapat balasan dari beliau." Aku menunjukkan ponselku pada sang resepsionis, yang di dalamnya terdapat balasan email dari Dr. Lena.

Seharusnya dia mengerti, karena aku baru saja berbicara bahasa Inggris. Resepsionis itu menatapku sekejap. "Oh iya. Sebentar, siapa nama Anda?"

"Mia Catalina. Umm ... sepertinya aku akan menjadi pasien beliau" kataku.

Entah resepsionis itu tersenyum atau tidak, dia menggunakan masker penutup wajah, tapi aku dapat melihat kelopaknya yang berkerut manis.

"Iya. Tadi beliau ke sini. Dan memintaku untuk mendata jika Anda datang," ucapnya seraya menjulurkan beberapa kertas padaku.

Kini, aku berada di Seattle Family Hospital, rumah sakit besar yang akreditasinya tak diragukan lagi di Seattle, Washington.

Aku pendatang dari Italia, jauh-jauh membawa tujuan yang tak berwujud, namun ekstrem untuk dilakukan wanita lain. Padahal aku sangat bisa mewujudkan keinginan ini di negaraku sendiri, namun menyeberang ke negeri orang adalah pilihanku, supaya tidak diketahui orang lain.

Setelah mengisi formulir pendaftaran, aku diantar oleh salah seorang perawat, naik lift menuju ruang 'Fertility Center' yang katanya ada di lantai 3.

Tak lama, setelah memasuki ruangan itu, aku menghirup napas dalam-dalam, seperti sedang berkenalan dengan aroma ruangan yang aku sendiri tak tahu apa namanya, indera perabaku juga seketika terasa sejuk seperti sedang diolesi lotion aloe vera.

Sepasang mataku menyisir, suasana ruangan ini lebih tenang dan mewah, banyak poster edukasi tentang kesuburan dan bayi tabung, serta suara bervolume kecil dari tv yang menayangkan edukasi dari Dr. Lena Presley.

Kedatangan kami langsung disambut oleh seorang wanita dengan seragam yang sama, sepertinya itu adalah asisten dari Dr. Lena Presley.

"Nona Catalina ingin bertemu dengan Dr. Lena Presley," ucap sang perawat pada rekannya. Sedangkan aku hanya tersenyum tipis.

Asisten itu hanya mengangguk, lalu mengajakku masuk ke ruang konsultasi. Di dalam, samar-samar aku mencium aroma kopi, aku sempat mengira ini adalah pengharum ruangan yang berbeda, tapi sepertinya bukan.

Pandanganku kembali menyapu ruangan itu, yang dindingnya didominasi warna putih hingga ke langit-langitnya, ada rak kayu yang penuh dengan berkas-berkas penting. Ruangan ini bersekat dan aku mulai masuk ke ruang sebelah, yang akhirnya aku bertemu dengan Dr. Lena Presley, yang tidak lain adalah dokter spesialis fertilitas. Kulihat beliau tampak sedikit tua.

Lihat selengkapnya