Connesso

Cano
Chapter #2

Chapter 2 - MIA'S POV

Aku hanya mengangguk lalu menatap benda hitam dan tipis ini.

Menarik sekali, ucapku dalam hati. Mataku seperti ditarik, benar-benar fokus seolah aku sedang mencari pendamping hidup. Di sini aku bisa membaca data spesifik pendonor, mulai dari rasnya, warna rambut, warna mata, semuanya ditulis lengkap, kecuali data personal yang bersifat pribadi. Aku membacanya lagi, hingga tinggi dan berat badan pun tertulis di sini, juga pendidikan, hobi dan kepribadian, ini sangat memuaskan rasa penasaranku.

Membuatku memikirkan satu hal, aku ingin punya anak yang pintar dan juga sehat. Jariku yang tak lelah terus menggulir layar lagi dan lagi, hingga aku menemukan tulisan 'used', lantas aku bertanya, "di sini ditulis 'used' maksudnya apa?"

Dr. Lena kembali menjelaskan, "jarang sekali ada wanita yang sepertimu, Ms. Catalina. Kami sering menangani pasien dengan keluhan yang serius, seperti kanker mulut rahim dan sejenisnya. Dan kami menggunakan sel mereka yang mengizinkannya untuk diteliti atau digunakan. Sama sepertimu, tujuannya ingin sehat dan punya keturunan."

Aku mengangguk mengerti, lalu kembali menggeser layar. Entah kenapa aku tidak begitu suka jika sel yang akan kupilih telah digunakan oleh banyak orang. Jari dan mataku mendadak sinkron—yang dilihat pertama kali adalah kata 'used'.

Kenapa banyak sekali yang sudah digunakan? Protesku dalam hati.

Kemudian jariku sengaja menggulir ke daftar yang paling bawah, entah daftar ke berapa, tapi aku menemukan satu data yang sel-nya belum digunakan sama sekali. Aku mulai membacanya dengan saksama.

Donor Code: #Z15B-SE

Ethnicity: American

Eye color: Grey

Hair color: Dark brown

Height / Weight: 186 cm / 76 kg

Education: MBA-Stanford University

Occupation: Businessman

Blood Type: O

Personality: Quiet and logic

Hobbies: Football and gym

Bibirku tersungging dengan sendirinya, membayangkan seorang pria dengan tinggi 186 cm, bermata abu-abu dengan rambut cokelat gelap, seolah sedang membayangkan masa depan. Tapi aku tak bisa membayangkan wajahnya.

Bagaimana rupa anakku nanti jika aku sendiri bisa memilih berdasarkan ini semua? Pikirku mulai terhibur.

"Dr. Lena, ... aku mau yang ini saja," ucapku sambil menyodorkan tablet.

Beliau meraihnya. "Cepat sekali, apa yang kau lihat, hmm?" Ucapnya tersenyum, jarinya kembali berkutat di sana.

Lihat selengkapnya