Kini aku sedang berada di Studio Produksi, tempat yang biasa dipakai untuk syuting iklan. Tapi kali ini bukan aku yang menjadi modelnya, melainkan model wanita dan pria lain. Aku berdiri hanya untuk mengamati saja, memastikan konsep yang kuinginkan benar-benar dijalankan.
Di jam istirahat, seseorang tiba-tiba menyapa, saat aku sedang duduk melihat katalog produk.
"Hei, Cello. Bagaimana hari ini, apa cukup rumit?" Tanya Fito, rekanku yang seorang fotografer. "Mau lihat hasilnya sekarang?" Imbuhnya.
"Nanti saja setelah diedit."
"Bro, kau baik-baik saja, kan? Mau kopi?" Tawarnya.
"Tidak, terima kasih."
"Maaf kalau lancang, apa yang terjadi padamu belakangan ini? Apa anak Mia benar-benar anakmu?"
Aku menoleh cepat. "Apa maksudmu?"
"Ya ampun, kau ketinggalan berita? ... buka handphone-mu dan lihatlah." titahnya tiba-tiba.
Aku menutup katalog, merogoh saku celanaku untuk mengambil ponsel lalu mengecek media sosial. "Ada apa lagi ini?!" Jariku menggulir, yang beberapa menit lalu banyak yang menandaiku di sebuah akun gosip. Aku membacanya dengan fokus.

"Sialan, apa maksudnya ini?! Siapa Benjamin Carter?" Aku ternganga dan mulai meninggikan nada, membuat orang-orang terdiam dan beralih fokus melihatku yang sedang sibuk membaca komentar-komentar sampah ini.
"Seattle? ... CEO?" Gumamku tidak ingin percaya. "Omong kosong apa ini, dia mengaku sebagai ayahnya Rogero?!"
Dahiku berkerut, mulutku terkatup rapat, lalu melihat salah satu unggahan screenshoot yang komentarnya menandaiku.

"Sialan! Siapa dia? Apa hubungannya dengan Mia?!"
Aku tidak tahan dengan gosip yang seolah sedang mempermalukanku ini, tanganku mengepal, dadaku benar-benar tidak tenang, menyimpan segudang umpatan dan pertanyaan untuk Mia.
Tanpa pamit, aku bangkit lalu pergi ke luar gedung, meninggalkan Fito dan yang lainnya di dalam sana.
Di mobil, sambil berkendara, aku menjambak rambutku. Aku sadar, Ini bukan urusan yang bisa selesai saat ini juga, aku benar-benar tidak tahan.
"Mia, ini bukan urusan yang sepele!"
"Apa pria sialan itu adalah selingkuhanmu?"
"Tidak mungkin. Kau bilang, kau tidak selingkuh!"
Aku mengoceh sendirian, dadaku sesak, kepercayaanku nyaris hancur. Ini beda ... ini berbeda dengan perasaan yang dulu pernah kurasakan, Mia tak pernah menyakitiku seperti ini! Batinku menggerutu, lantas memukul apa-apa yang ada di dekatku.
"Pria itu pasti hanya pengganggu. Tenanglah Mia, aku tidak akan membiarkan siapa pun mengusik hidup kita dan Rogero."