Connesso

Cano
Chapter #21

Chapter 21 - MIA'S POV

Sore ini. Aku kembali berkomunikasi dengan Benjamin. Padahal aku sudah berusaha menahan, berusaha tidak peduli, berusaha tidak membaca komentar orang, berusaha agar pikiranku tetap waras di tengah gosip yang semakin membuat namaku tidak baik di mata publik.

Tapi mengapa satu komentar yang Benjamin tulis di sana membuatku langsung bergerak membalasnya?

"Oh ... ya ampun." Aku menepuk dahiku sendiri. Benar-benar lupa pada ucapan malam kemarin. "Dia mungkin sedang menagih foto Rogero, dan aku malah mengunggahnya di media sosial," lanjutku.

Kini Rogero sedang tidak bersamaku, dia sedang bermain bersama neneknya dan saudaraku yang lain. Aku senang mereka tidak banyak tanya soal gosip ini, meskipun aku yakin mereka sangat tahu pada apa yang telah menimpaku.

Tubuhku berguling di atas kasur, telungkup sambil membaca pesan dari Benjamin.


Benjamin:

Tidak ada fitur blokir di handphone-ku, Mia.

Dibaca.


Oh ... Ya Tuhan. Kenapa dia selalu begini di saat aku ingin marah? Aku sudah bertekad untuk menjaga jarak dengannya, dan aku tidak ingin dia mengambil Rogero, meski aku tahu, aku dilindungi Undang-Undang. Dia bahkan seorang pebisnis, di mana Benjamin bisa melakukan apa pun dengan hartanya termasuk Rogero.


Anda:

Aku sedang tidak ingin bercanda. Tolong jangan hubungi aku lagi.

Dibaca.


Dan seperti biasa, pesanku langsung dibacanya. Titik tiga itu kembali bergerak secara online.


Benjamin:

Mia, aku sudah di depan gerbang rumahmu. Bawalah Rogero kemari, aku ingin melihatnya.

Dibaca.


Telapak tanganku seketika menutup mulut yang ternganga ini. Dari mana dia tahu rumahku? Tidak, aku tidak akan membawa Rogero ke mana pun! Batinku mantap.

Aku beranjak dari ranjang, berjalan menuju ruang tamu tanpa membuka pintu. Dengan perasaan tidak nyaman aku hanya menyingkapkan sedikit tirai, mengintip area luar rumah. Tapi aku tidak melihat Benjamin di depan gerbang. Mungkin saja ia terhalang oleh benteng rumahku yang sedikit tinggi.

Aku kembali memainkan ponselku, mengirimnya pesan lagi.


Anda:

Pergilah. Aku sedang tidak di rumah.

Dibaca.


Benjamin:

Baiklah. Aku akan menunggu sampai kau pulang saja.

Lihat selengkapnya