Derap suara langkah kaki terdengar menggema memenuhi jalanan kecil malam itu, suasana yang sangat sunyi membuat mereka yang berlari bahkan dapat saling mendengar deruan nafas yang tersengal untuk mengetahui ke arah mana dia berlari dan dimana dia bersembunyi. Sepatu kets putih yang hampir terlihat berwarna hitam itu terus berlari membelah setiap gang sempit yang ada. Dirinya tidak tahu kemana kaki nya berlari,yang ia tahu bagaimanapun caranya ia harus terbebas dari dua manusia berotot di belakangnya.
Tanpa memikirkan apa yang akan terjadi, ia melompat turun melewati pagar pembatas jalanan. Kakinya membentur suatu benda tumpul yang sepertinya terbuat dari kayu, rasanya seperti mati rasa. Mulutnya ia bungkam dengan tangan kanan nya agar tidak menimbulkan suara yang mencurigakan. Terdengar suara langkah kaki berhenti tepat diatas nya. Ia semakin merapatkan badannya pada tembok pembatas jalan, beruntungnya dibawah sana gelap jadi ia tidak akan terlihat. Perlahan dua pasang langkah kaki itu mulai berlari menyusuri jalan, mencari kembali mangsanya yang melarikan diri.
Dihembuskan nafas nya kasar dan mulutnya mengeluarkan erangan akibat menahan sakit di kaki nya sedari tadi. Dengan sekuat tenaga ia berusaha berdiri tetapi seketika limbung. Kaki nya saat ini benar-benar tidak dapat diandalkan, malam ini akan menjadi malam yang panjang, pikirnya. Selang beberapa waktu tangan kanannya mulai merogoh ponsel berwarna biru gelap dan mulai mengetikkan sesuatu disana.
“Huh.. Jalan beberapa meter saja kaki ku seperti akan patah” Ucapnya setelah keluar dari tempat persembunyiannya menuju tiang lampu yang terletak hanya beberapa meter dari tempat sebelumnya. “Sepi sekali..” Lanjutnya memperhatikan sekeliling dari tempatnya berdiri sembari menempelkan punggungnya pada tiang lampu tersebut. Malam itu suhu cukup sejuk, sudah mulai memasuki musim gugur tetapi bagi gadis tersebut peluh yang mengalir di pelipisnya menandakan dirinya merasakan sebaliknya.
Diujung jalan terlihat seorang berjalan santai dengan tatapan yang tertuju pada layar benda di tangannya. Seperti sudah hafal dengan jalanan tersebut. Gadis itu memperhatikan sosok yang berjalan semakin dekat kearahnya. Terbesit perasaan takut, tetapi sial kaki nya tidak dapat digerakkan sama sekali. Seperti merasa ada yang memperhatikannya , sosok itu menengadahkan kepalanya saat jarak mereka hanya tinggal beberapa langkah lagi. Baik si gadis dan sosok yang adalah seorang lelaki itu, mereka saling melempar pandangan satu sama lain. Tatapan waspada terpancar dari mata sang gadis, dan tatapan terkejut ditunjukkan lelaki itu. Beberapa detik tidak ada pergerakkan, lelaki itu mulai menaikkan masker hitam nya yang sedari tadi menempel di dagu nya. Mata nya masih tetap menatap kearah gadis dihadapannya itu, seakan menanti apa yang akan dilakukannya.
“Hei!”
Gadis itu menoleh kearah suara yang terdapat persis dibelakangnya. “Eh, kapan sampai?”
“Apa ini?”
“Hmm?”
“Tadi kau terdengar seperti akan mati, Sekarang terlihat santai sekali”
“Oh hehe aku hanya bertanya”
Teringat sesuatu, gadis itu menoleh ke tempat semula. Kosong, tidak menemukan siapapun disana. Kemana perginya orang itu? Kenapa tidak terdengar langkah kaki nya sama sekali?, pikirnya.
“Ayo pulang kau membuat ayah dan ibu menunggumu. Dasar anak bandel, bagaimana bisa kau sampai disini”
“Berisik sekali, Jung Jihyun!” Bentak gadis tersebut.
Seseorang bernama Jihyun itu menyentil dahi mulus gadis tersebut bersamaan dengan tangan kanannya membopong punggung gadis itu untuk berjalan.
“Sakit!”
Disisi lain tidak jauh dari tempat dua manusia yang sedang beradu mulut tadi, seorang pria berpakaian tertutup serba hitam yang hanya menyisakan kedua mata tajam nya saja terlihat bernafas lega melihat kepergian sepasang manusia yang tidak dikenalnya itu. Ia melangkah keluar dari tempat persembunyiannya yang cukup membuat hidungnya bermasalah karena harus menahan nafas ditengah-tengah tempat pembuangan sampah.
“Hampir saja.. tapi kenapa aku harus bersembunyi?” Tanya nya pada diri sendiri karena merasa aneh dengan tingkah laku nya. Sesaat kemudian ia berlari kecil menuju tujuan awalnya.
***
Suasana hening mendominasi keadaan di dalam mobil yang sedang melaju pada kecepatan sedang. Lelaki berkulit pucat dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya sedari tadi hanya bungkam, tangannya fokus pada stir kemudi juga matanya seperti membelah jalanan kota malam itu. Gadis dengan topi hitam yang setia menempel dikepalanya sibuk melirik ke kiri dan kanan mencari cara untuk mencairkan suasana yang tidak nyaman itu, ia tahu bahwa lelaki disamping kirinya ini sedang berada pada mode kesal dengan dirinya. Bagaimanapun, ia lebih menyukai Jihyun yang akan mengomeli kesalahannya dibandingkan dengan didiamkan seperti itu.
Sudah seperti kebiasaan bagi mereka berdua beradu mulut setiap hari nya. Perbedaan umur mereka yang terpaut dua tahun dengan Jihyun yang lebih tua, tidak menyulutkan mereka bertingkah sesuai umur . Jihyun akan bertingkah layaknya seorang adik kecil saat menginginkan sesuatu dan gadis itu harus menuruti keinginannya, seketika berubah menjadi sosok pria dewasa yang akan melindungi wanita nya kapanpun membuat gadis itu muak dengan tingkah laku nya sok seperti pahlawan, tak urung pula berubah menjadi musuh yang akan selalu menganggu kehidupan gadis itu. Bagaimanapun, mereka seperti satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
“Jihyun-ah” Gadis itu mulai membuka pembicaraan, tidak tahan dengan keheningan.
“Hmm”
“eum.. kau.. kenapa?” Pertanyaan bodoh yang seharusnya tidak ia tanyakan keluar begitu saja. Seketika ia merutuki dirinya sendiri.
“Kita kerumah sakit sebelum pulang”
“Untuk apa?”
“Kakimu”
“Tidak perlu, ini hanya terkilir”
Jihyun menghela nafas, sejujurnya ia juga tidak tega jika harus mendiamkan gadis disampingnya terlalu lama. Ia hanya kesal mengapa gadis yang hampir berumur seperempat abad itu tidak dapat menjaga dirinya.
“Ceritakan padaku apa yang terjadi”
“Ah.. itu.. tidak ada apa-apa. Mereka mengejarku begitu saja”
“Baiklah.. aku tidak akan membantumu membayar...”
“Oke.. oke akan aku ceritakan” Gadis itu memotong ucapan Jihyun sebelum ia menyelesaikan ucapannya. “Aku melihat dua pria mengambil paksa dagangan yang dijual seorang bibi dan anaknya, mereka memaksa sampai bibi itu terjatuh saat ingin menahannya. Karena kesal, aku tendang saja kaleng botol minuman kosong di depanku dan mengenai salah satu dari mereka. Tapi aku tidak mengerti kenapa yang mengejarku berubah menjadi sosok pria berotot? Apa mungkin otot mereka tumbuh saat sedang lari?”
“Bodoh sekali” Jihyun memukul pundak gadis itu karena geram dengan pola pikir nya yang tidak masuk akal. Si gadis hanya diam sembari mengumpat dan mengelus pundak kirinya yang terpukul. “Jangan membahayakan dirimu” Lanjutnya.
“Maksudmu?”