Continuity

Mutia Rahmadyanti
Chapter #5

Bab 4

Memasuki musim dingin, hari-hari menjadi lebih singkat. Matahari terbit lebih lambat dan senja tenggelam lebih awal. Sebagian manusia memilih berdiam diri di dalam rumah ditemani secangkir minuman hangat dan juga makanan sebagai pelengkap. Tidak bagi mereka yang memiliki tanggungjawab untuk tetap berkegiatan di luar rumah. Helai demi helai pakaian di pakai bersamaan demi menghangatkan tubuh di tengah dinginnya suhu yang cukup mencekik diri. Setiap tahun akan terus seperti itu, musim selalu berganti sebagaimana mestinya.

Tidak semua merutuki hadirnya musim dingin. Elle, salah seorang gadis diantara beribu penduduk disana yang memilih berada di luar ruangan hanya untuk membuat boneka yang berasal dari tumpukan salju dengan diberi beberapa aksen tambahan agar menambah kesan nyata. Tiga tahun terakhir semenjak kembalinya ia dari Jepang, ia kembali melakukan aktifitas yang biasa ia lakukan beberapa tahun silam bersama keluarga utuhnya. Bukan berarti di Jepang tidak terdapat salju, hanya saja El tidak berniat melakukan itu dan entah mengapa saat kembali ke Negaranya ia merasa jiwa nya utuh kembali.

“Oke, seperti ini sudah cukup!” Ucapnya puas setelah berhasil membuat boneka nya sendiri. Terlihat sangat lucu dengan tambahan syal dan topi yang membaluti boneka salju tersebut.

Seorang diri ditengah hamparan salju tebal yang menutupi area taman bermain yang tidak jauh dari rumahnya. Tangannya bergerak merogoh saku jaket tebal nya, mencari benda tipis yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Terlihat beberapa panggilan tidak terjawab dari sebuah nomor yang sama, saat itu El lupa menyalakan nada suara pada ponselnya karena beberapa jam yang lalu ia sedang melaksanakan ujian dengan professor nya.

“Siapa yang meneleponku?” Tanya nya pada diri sendiri sembari menatap layar benda yang ia genggam. Merasa tidak mengenali nomor tersebut, El kembali memasukkan ponselnya ke saku nya, sebelum itu tidak lupa ia menyalakan kembali nada dering nya.

Hari itu cukup melelahkan bagi El, sedari pagi ia sudah pergi menemui professor nya untuk melakukan ujian mandiri terkait tugas yang diberikan sang professor tempo lalu yang membuat El harus berkunjung ke Busan bersama Yuri. Itu bukan berarti El mempunyai nilai buruk di sekolahnya, Ia cukup pandai mengikuti setiap pembelajaran yang ada. Hanya saja setiap tahun di sekolahnya, setiap professor berhak memberi nilai tambahan bagi muridnya, dan nilai tersebut dapat menjadi tiket emas untuk mengikuti kelas yang berisikan murid-murid terbaik. Setiap tahun hanya satu sampai dua orang yang akan terpilih, maka dari itu El sangat antusias mengikuti ini walaupun selama dua tahun ia mengenyam pendidikan disana, dua kali pula ia gagal.

“Kau tahu? Semalam aku tidak dapat tidur. Lihat kantung mata ku!” Ujarnya pada boneka salju hasil karnya nya.

“Aku gugup. Bahkan aku tidak tahu apakah penampilanku tadi memuaskan atau tidak”

“Kalau aku gagal untuk ketiga kalinya, apa dia akan menertawaiku dari sana?” Kini tatapannya beralih ke langit biru yang cukup sendu sore itu. “Awas saja kalau dia tertawa, seharusnya dia membantuku”

Pandangannya dialihkan kembali ke arah boneka yang sedang tersenyum di hadapannya.

“Aku merindukannya. Merindukan mereka” Tambahnya.

Seakan mengerti perasaan gadis tersebut, ranting pohon yang digunakan sebagai bentuk lengkungan senyum pada boneka salju tersebut jatuh.

Berniat mengambil ranting yang lain, mata nya menangkap seseorang yang sangat ia kenali sedang berjalan seorang diri. Tanpa berniat memanggil, ia memilih mengikuti orang tersebut.

Langkah nya yang terbilang cukup panjang masih tidak dapat mengimbangi langkah lelaki yang ia ikuti. El kehilangan jejak lelaki itu, ia memutuskan untuk menyandarkan tubuhnya pada tiang yang terdapat di persimpangan jalan.

Ketika sedang mengistirahatkan dirinya, pandangannya berhenti pada satu titik. Lelaki yang ia maksud kini sedang berbincang dengan seorang lelaki yang terlihat seumuran, mereka berada di sebuah kedai makanan di ujung persimpangan.

“Tidak mengajakku ya, awas saja!”

Dengan sigap El melangkah menuju kedai tersebut, ia tidak langsung menampaki diri di depan kedua lelaki itu. El ingin mengejutkan mereka, maka dari itu ia terlebih dahulu memilih tempat duduk yang tidak jauh dari mereka.

“Bagaimana? Ada kelanjutan?”

“Belum, aku belum menemukan sesuatu yang jelas tentang keberadaannya”

“Aku yakin mereka tidak keluar dari Negara ini”

“Aku rasa juga seperti itu. Tapi pintar sekali mereka bersembunyi”

“Bukan mereka, Dia”

“Satu orang maksudmu?”

Percakapan singkat yang tertangkap oleh telinga El, membuatnya penasaran. Ia berpindah tempat duduk agar lebih dapat menjangkau mereka. Tetapi sial, aksinya tertangkap oleh seorang pria yang sudah pasti sangat mengenal nya.

“Sedang apa kau?”

Belum menyadari jika pertanyaan itu untuknya, El tetap melanjutkan aksi nya masih dengan menundukkan kepala nya.

“Oh, El!” Suara yang berbeda terdengar ditelinganya, tetapi kali ini berhasil membuat El menengadahkan kepala nya.

Dua lelaki dengan ekspresi wajah yang terlihat kontras sedang menatap kearahnya. Seorang lelaki yang memanggil namanya menatap nya dengan senyum lebarnya seperti seseorang yang merindukan kekasihnya. Dan seorang lelaki lain menatapnya dengan ekspresi datar, tanpa El ketahui dibalik itu terdapat perasaan khawatir jika El mendengar pembicaraan mereka.

Merasa sudah tidak dapat mengelak, El menghampiri mereka dan duduk di satu sisi yang berada di tengah kedua lelaki tersebut.

“Aku melihat Jihyun berjalan, yasudah aku ikuti”

“Dia bilang kau sibuk”

“Ya, aku baru saja ingin pulang”

“Sejak kapan kau disana?” Jihyun membuka pembicaraan, ia ingin memastikan sesuatu.

“Baru saja”

“Kau menguping” Tuduh Jihyun

“Tidak kok! Lagi pula tidak penting. Paling kalian membicarakan kasus-kasus yang membingungkan itu”

“El aku merindukan mu, kau tahu? Kau tidak merindukan ku?” Tanya lelaki dengan poni lempar yang ia sisir kebelakang menggunakan jari nya. Mengetahui situasi, ia mengalihkan pembicaraan.

“Apa kabar Duho oppa?”

“Wah, aku merindukan panggilan itu darimu!”

“Berhentilah!”

Lemparan mendarat tepat di kening Duho, yang tentu nya berasal dari Jihyun. Jihyun jengah dengan sikap Duho yang terkadang terlihat berlebihan pada El, meskipun ia mengetahui jika sahabatnya itu hanya bergurau.

“Hahaha” Elle dan Duho tertawa bersama menanggapi sikap Jihyun.

Jihyun selalu seperti itu kepada teman-temannya yang berusaha mendekati Elle, ia akan bersikap seperti seorang kakak yang menjaga adik nya dari para lelaki nakal di luar sana. Sedangkan El terlampau santai, baginya teman-temannya Jihyun adalah temannya juga. Terutama Kang Duho yang merupakan sahabat Jihyun semenjak menempuh pendidikan kepolisian bersama, bahkan El kerap kali membalas gurauan Duho dan pastinya akan membuat Jihyun muak mendengar itu.

“Kalian bertemu tidak mengajakku, jahat sekali” Ucap El sembari menyantap hidangan yang ia pesan.

Kedua lelaki tersebut saling tatap sebelum Duho membuka suara.

“Kau kan pergi”

“Iyaa, tapi bisa menungguku pulang!”

“Terlalu lama” Kali ini Jihyun angkat bicara.

“Ish menyebalkan”

“Kau darimana El?”

“Sekolahku”

“Bukankah seharusnya libur”

“Hmm..” Elle mengangguk. “Tapi disekolahku selalu mengadakan ujian tambahan saat musim dingin” Lanjutnya.

“Aish.. sekolahmu kuno” Ejek Duho

“Ini ujian untuk memasuki kelas professional! Dan sangat penting”

“Tidak penting sama sekali” Sela Jihyun.

“Diamlah!” El memberikan tatapan membola untuk Jihyun, hingga membuat kedua bola matanya hendak keluar dari tempatnya.

“Kalian ini. Untung saja aku tidak menetap di Seoul”

“Kenapa?” Ucap El dan Jihyun bebarengan.

“Aku akan gila bertemu kalian setiap saat!”

Elle menghela nafasnya panjang, Jihyun memang sangat menyebalkan, ia akan bersikap seolah tidak mendukung apa yang El lakukan. Tetapi ia akan berdiri dibarisan paling depan kapanpun El membutuhkan.

Jihyun sendiri acuh dan kembali meyeruput minuman nya. Ia memalingkan wajahnya ke arah jendela kedai yang memperlihatkan jalanan sore itu. Pikirannya menjurus ke berbagai tempat, ada sesuatu yang sedang ia lakukan tanpa sepengetahuan El, bahkan sebelum El memilih untuk menetap bersama keluarganya. Biarkan dirinya yang mengetahui itu, dan Duho yang juga akan membantunya.

***

Salju turun cukup lebat hari itu, perkiraan cuaca rupanya tidak tepat. Cukup bahaya jika tetap memaksakan diri keluar menerpa sekumpulan benda putih bening tersebut. Menunggu sampai memungkinkan untuk beranjak pergi adalah hal yang tepat.

Berada di sebuah ruangan berukuran persegi yang tidak terlalu luas seorang diri tidaklah membosankan bagi mereka yang sudah terbiasa dengan kesunyian. Sebuah saxophone berwarna kuning emas berada digenggamannya sedari tadi. Sejak beberapa menit yang lalu, benda tersebut hanya berada di genggamannya tanpa berniat digunakan. Pandangannya menjuru ke jendela yang terdapat diruangan itu. Menatap lurus pada sekumpulan salju yang terus datang tanpa permisi.

Suhu di ruangan tersebut terasa hangat, tetapi tubuhnya bergetar seperti menahan sesuatu yang hendak keluar dari dalam dirinya. Wajahnya tetap datar, nafasnya mulai terasa cepat. Lambat laun, mata nya terlihat memerah. Apa yang sedang dipikirkannya.

“Gie..”

Suara pria paruh baya menghentikan aktifitas lelaki tersebut. Sepersekian detik wajahnya kembali seperti tidak terjadi apa-apa padanya sebelumnya, ia menoleh ke sumber suara.

“Iya professor Kim?”

“Kau masih disini rupanya”

“Salju lebat sekali, aku tidak dapat pulang”

“Ya memang, lebih baik tunggu saja” Professor Kim menduduki dirinya diatas sebuah meja, seperti yang Gie lakukan. “Sudah lama aku tidak melihatmu” Lanjutnya.

“Aku pergi mengunjungi keluargaku dan menetap disana selama beberapa bulan Prof”

“Yaa.. ku kira kau sudah bosan menjadi muridku”

“Itu tidak mungkin..”

“Aku sempat khawatir bagaimana jika kau benar-benar pergi. Tiga bulan lagi pekan seni di sekolah ini, dan kau pasti mengerti maksudku”

“Aku mengerti prof, karena itu aku kembali”

“Jadi, kau sempat ingin pergi?”

“Tidak juga”

“Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu Gie, tetapi aku jauh lebih berpengalaman dalam hidup dibanding dirimu. Kau terlihat seperti menyimpan sesuatu belakangan ini. Apa ada masalah?”

Lihat selengkapnya