Hidup merupakan sebuah kesempatan yang diberikan Tuhan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan kita. Entah baik atau buruk, kita sendiri yang menjalankannya. Karena, sebenarnya kita tahu tentang risiko dari sebuah langkah yang diambil. Hal itu sudah diperingatkan dan diperlihatkan contohnya dari kejadian-kejadian terdahulu. Hingga kita bisa mengambil hikmah berdasarkan tingkat keilmuan, keimanan, dan ketakwaan kepada Tuhan sesuai dengan agama yang dianut.
Kita hanya bisa menjalankan segalanya sesuai perintah-Nya. Melakukan semuanya dengan ikhlas. Sanggup menerima ketentuan-Nya dengan tulus. Karena, Dialah Sang Pemilik Raga hingga lebih tahu tentang kita daripada diri kita sendiri. Dia yang mengawasi kita tanpa henti sedetik pun. Dia pula yang memberikan pelajaran hidup sebagai bekal hari esok.
Dia yang mengabulkan apa yang diminta meskipun kita sering mengabaikan perintah-Nya. Dia juga bertanggung jawab atas diri kita sebagai makhluk dengan memberikan jaminan, kesempatan, ampunan, peringatan, kasih sayang, dan ujian sesuai kemampuan. Semua itu tidak terlepas dari sifat-Nya Yang Maha Rahman dan Maha Rahim.
Sebagai sesama makhluk ciptaan-Nya, kita tak mampu berdiri kokoh dan tegar tanpa pertolongan-Nya. Kita harus saling berpegang teguh dan bergandengan tangan dalam menjalani kehidupan sesuai dengan sunnah-Nya. Sebagai wujud terima kasih kita dan rasa pertanggungjawaban sebagai makhluk atas makhluk lain. Sebab, hubungan dengan Tuhan akan ditolak jika hubungan dengan sesama manusia tidak berjalan harmonis. Itu telah tertulis dalam Alquran sebagai pegangan hidup umat manusia.
Semua yang ada di dunia memiliki nilai manfaat yang besar dan tak bisa dipungkiri satu sama lain. Untuk itu, inilah kesempatan yang diberikan Allah pada kita dengan sebaik mungkin. Salah satunya berupa menjalin hubungan baik dengan sesama manusia. Membantu mereka tanpa mengharapkan imbalan, mendoakan tanpa harus diketahui, membela tanpa harus menjatuhkan sama lain, dan memaafkan semua kesalahan dengan bersedia melupakan segala kekhilafan yang terjadi demi mempererat tali persaudaraan. Sebab, dosa terhadap manusia tidak akan Allah ampuni jika manusia tersebut belum memaafkannya. Itulah keadilan. Allah benar-benar adil dalam hukum.
Menangis adalah pilihan yang paling sempurna untuk menumpahkan segala rasa kecewa dan sakitnya luka. Mengungkapkan kekesalan yang ada dengan meluapkan amarah dan mengeluarkan isi hati agar merasa lebih baik sejenak. Lebih nyaman dan tenang meskipun tidak mampu menyelesaikannya. Setidaknya, memberikan kesempatan sejenak untuk bernapas lega.
dr. Arsil sangat kecewa karena harga masker di pasaran semakin mahal dan sulit didapatkan. Ditambah lagi, dengan adanya larangan pemerintah untuk tidak memakai masker scuba. Dengan alasan, masker tersebut terlalu tipis dan ketat. Hingga tidak bisa menghalangi virus masuk saat bernapas.
Jam sudah menunjukkan pukul satu lewat tiga puluh tujuh dini hari.
dr. Arsil meminta izin pada perawat untuk tidur sejenak karena matanya sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi. Tubuhnya terasa sangat lelah sebab sejak jam delapan malam tadi, pasien yang masuk ke rumah sakit sangat banyak, terutama yang terkonfirmasi virus corona. Tanpa menunggu lama, terdengar bunyi dengkuran yang sangat keras membahana.
dr. Kenzi mengetuk pintu ruang istirahat. Namun, tak ada sahutan dari dalam.
Dia pun berinisiatif langsung masuk. Dilihatnya dr. Arsil tertidur nyenyak. Jas dokter dan kaus kaki pun masih terpasang utuh di badan. Tidurnya terlihat sangat lelap.
dr. Kenzi akhirnya keluar tanpa kata, tak jadi membangunkan dr. Arsil. Dia memberitahukan kepada perawat yang bertugas kalau dr. Arsil tengah tertidur pulas. Tak perlu diganggu selama beberapa jam ke depan.
Seorang perawat yang penasaran mencoba mengintip dari luar ruang istirahat, ingin tahu sepulas apa dr. Arsil saat tertidur. Dia mengiyakan ucapan dr. Kenzi sebelum kembali ke meja piket.
“Terus, bagaimana, Dok? Pasien semakin banyak, di sisi lain kita tidak tega membangunkan Dokter Arsil. Apalagi, dia baru saja beristirahat setelah berhari-hari berjaga penuh,” ucap salah satu perawat wanita yang masih muda.
“Coba bangunkan Dokter Farhan saja. Beliau tadi sudah tidur lebih dari satu jam.”
“Beliau beristirahat di mana?” tanya seorang perawat lain sambil mencatat sesuatu.
“Kalau tidak salah, Beliau tadi pergi ke masjid rumah sakit. Beliau ke sana ditemani seorang perawat juga. Namun, saya tidak lihat jelas dengan siapa. Beliau ke sana saat keadaan sudah sepi. Mungkin mau tahajjud,” jelas dr. Kenzi.
“Kalau begitu, saya langsung ke sana saja,” ujar perawat yang sejak tadi tak berhenti mencatat segala sesuatu. Tampaknya dia tipe yang sangat sistematis, disiplin, dan berhati-hati.
***
Di teras IGD, beberapa mobil ambulan dan kendaraan pribadi berjejer, membawa pasien dengan beragam macam penyakit dan keluhan. Ruang IGD sendiri penuh, membludak lebih dari biasanya.
Para perawat kewalahan melayani pasien yang bejibun jumlahnya. Isak tangis pasien dan keluarga silih berganti, memecahkan keheningan malam.