“Sebenarnya virus corona ini memang dari kelelawar atau ada yang dengan sengaja menyebarkan?” tanya dr. Kenzi keheranan setelah menyaksikan berita mengenai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping.
“Jika benar ini adalah senjata biologis maka Amerika Serikat dan Tiongkok sama-sama menjadi korban. Keduanya adalah korban dari adu domba oleh sekelompok golongan yang ingin menguasai dunia dengan caranya sendiri tanpa harus memiliki negara atau membangun negara baru,” jelas dr. Arsil.
“Terus, siapa sekelompok golongan itu? Teganya mereka melakukan ini! Apakah mereka tidak sadar berapa banyak manusia yang telah gugur lantaran kejadian ini?” tanya dr. Kenzi lagi.
“Saya juga tidak tahu, Dok. Itu bukan urusan kita. Yang menjadi tugas kita adalah bagaimana caranya mengembalikan keadaan ini seperti semula. Atau setidaknya, biar tidak semencekam ini. Mengenai masalah yang lain, biarlah menjadi urusan masing-masing individu. Antara diri pribadi terhadap Tuhan. Masing-masing dari kita akan mempertanggungjawabkannya kelak,” jelas dr. Arsil. “Yang jelas, saat ini sangat sulit mencari orang yang dapat dipercaya dengan sepenuh hati. Apa pun itu, apalagi di masa sulit seperti ini.”
dr. Arsil terdiam sejenak sebelum melanjutkan, “Terlepas dari semua kejadian ini apakah rekayasa buatan manusia atau tidak, Allah ingin memperlihatkan kuasa-Nya kepada kita. Dengan makhluk kecil saja, kita tak berdaya, tumbang, lari tunggang langgang. Apalagi, dengan yang jauh lebih besar lagi. Allah ingin mengingatkan kepada kita bahwa kita membutuhkan Dia, bukan Dia yang membutuhkan kita. Sehingga, kita tak bisa berharap pada sesama manusia. Berharap dan bergantung itu hanya kepada Allah semata. Kita ambil hikmahnya saja. Siapa tahu ini adalah jalan menuju surga-Nya nanti.”
“Aamiin, Ya Allah,” sahut dr. Kenzi sebelum beranjak masuk ke ruangan, mengambil tas bersiap-siap mau pulang ke rumah karena petugas pengganti sudah datang.
“Dokter langsung pulang ke rumah?”
“Enggih, Dok, langsung pulang. Soalnya, saya sangat lelah dan mengantuk,” jawab dr. Kenzi.
“Ya sudah kalau begitu.”
“Memangnya kenapa, Dok?”
“Nggak apa-apa. Tadinya saya mau mengajak Dokter sarapan dulu di kantin baru pulang,” jawab dr. Arsil.
“Terima kasih banyak tawarannya, Dok. Namun, tadi saya barusan makan dengan Dokter Farhan,” sahut dr. Kenzi sambil melempar senyum lirih.
“Kok, tidak ngajak-ngajak, sih, Dok?”
“Lha, bukannya Dokter tadi sudah ditawarin mau dibelikan apa? Namun, jawabannya Dokter tidak usah,” sambung dr. Kenzi bingung.
“Ah, masa? Kok, saya tidak merasa, ya?”
“Ya, tadi Dokter tidak mau ditawari.”
“Mungkin saya salah mendengar tadi. Kenapa saya bisa tidak fokus begini?” kata dr. Arsil bingung.