CORONA DITANGAN MANUSIA

Rizal Azmi
Chapter #23

BAB 23 DIUSIR BAGIAN III

Terlihat gerombolan burung wallet terbang ke sana kemari. Sesekali, terdengar suara siulannya.

Di seberang sungai, tampak bangunan-bangunan tinggi yang tak lain adalah tempat sarang wallet yang dibudidayakan oleh masyarakat setempat untuk dijual. Harganya pun fantastis, sangat menggiurkan.

dr. Kenzi merogoh ponsel di dalam tas setelah pikirannya agak segar kembali. Dia terkejut ketika dilihat jumlah panggilan masuk yang tertera di layar ponsel. Sebanyak tiga puluh delapan panggilan tak terjawab. Belum lagi, pesan masuk, baik dari WhattsApp atau SMS yang jumlahnya dua kali lipat lebih bejibun.

Dibuka WhattsApp-nya terlebih dahulu, kaget ketika mendapati kenyataan bahwa yang memanggilnya tak hanya satu orang. Ada ibu indekos, dr. Arsil, dr. Farhan, dan beberapa teman perawat di rumah sakit.

Dibuka terlebih dahulu pesan WhattsApp dari ibu indekos. Lagi-lagi dia syok dibuatnya.

Mas, kami beri batas waktu sampai jam delapan malam ini, ya. Semua barang harus sudah terbawa. Jika melampaui waktu yang diputuskan, akan kami sedekahkan barang-barangnya ke orang yang membutuhkan.                                                                           

Sore semakin beranjak pergi. Sang surya sudah bergeser menjauh, terlihat berada di kaki cakrawala bagian timur. Burung-burung wallet yang berkeliaran di atas awan perkotaan semakin banyak. Bunyi siulannya menambah keributan di sore hari yang mencekam. Bersahut-sahutan dengan bunyi klakson kendaraan yang semakin ramai.

Meskipun pada masa pandemi, masyarakat tidak pernah takut untuk keluyuran di jalanan. Sebab, mereka merasa bosan berdiam diri di rumah. Mereka juga membutuhkan kepastian agar bisa makan tiga kali dalam sehari. Sedangkan pendapatan yang dihasilkan per hari, semakin tak menentu kejelasannya dalam mencukupi kebutuhan sejak corona tiba.

Dari segala sudut jalanan, terdengar omelan ibu-ibu yang tidak tahan dengan bisingnya bunyi klakson yang menderu, memecah debu jalanan. “Diam, ah. Sabar! Berisik dan pusing kepala mendengarnya.”

Sementara itu, mobil patroli terlihat terus beroperasi di titik-titik tertentu. Terdengar suara peringatan dari bapak polisi, TNI, dan satpol PP yang mengimbau agar selalu menggunakan masker, menjaga jarak, dan jangan keluyuran jika tidak mendesak. Mereka melakukan itu demi keamanan dan keselamatan bersama.

dr. Kenzi langsung menghubungi dr. Arsil dari pinggir Sungai Mentaya. Tak ingin menahan lebih lama lagi masalah itu seorang diri. “Assalaamu’alaikum, Dok. Mohon maaf, Dok, tadi saya tidak mengangkat telepon ketika dihubungi.”

“Wa’alaikumussalaam. Dokter ada di mana sekarang?” tanya dr. Arsil tanpa berbasa-basi.

Lihat selengkapnya