CORONA DITANGAN MANUSIA

Rizal Azmi
Chapter #25

BAB 25 MASUK BERITA NASIONAL BAGIAN II

Siapa yang tahu perjalanan manusia akan bermuara di mana. Pun, di mana pula akan berlabuh. Seperti kejelasan air yang bermuara di pegunungan dan berakhir di lautan. Semua adalah kuasa Allah terhadap hamba-Nya. Memberikan gambaran bahwa tidak semua yang berada di puncak akan selamanya bertahan di atas. Suatu nanti pasti akan turun pada titik terendah.

Setelah selesai salat Isya, dr. Arsil langsung berangkat ke rumah dr. Kenzi. Malam itu mereka berdua tidak ada jadwal bertugas setelah kemarinnya kena giliran piket malam.

Dia berniat hendak membantu dr. Kenzi berbenah rumah barunya. Karena, dulu ketika dia pindah, dr. Kenzi juga membantu membereskan semua barangnya sampai selesai.

Meskipun kelelahan sepulang bekerja, tetapi janji kesetiaan sebuah persahabatan melebihi saudara sendiri. Karena, keduanya tidak mungkin meminta pertolongan pada keluarga jika ada apa-apa yang terjadi. Keluarga mereka berdua berada jauh di kampung. Berjarak sekitar kurang lebih 80 kilometer dari kota.

*** 

Sesampainya di kediaman dr. Kenzi, dr. Arsil kaget melihat semua barang sudah tersusun rapi. Padahal, baru tadi sore semuanya dipindahkan.

“Cepat rapinya, lho. Bagus, kan?” pamer dr. Kenzi. Dia tahu isi pikiran dr. Arsil dari raut wajahnya yang kebingungan melihat keadaan di dalam rumah.

“Ya, tumben cepat amat. Biasanya masih berantakan. Apalagi, kalau lagi bad mood. Bisa berserakan di mana-mana,” sahut dr. Arsil jujur sambil berkeliling memeriksa keadaan semua ruangan yang ada.

“Tadi dibantu para personel TNI. Jadinya, cepat selesai. Dok, kita bisa pulang ke rumah orang tua sekarang apa tidak? tanya dr. Kenzi.

“Tidak bisa. Kemarin Varrel menelepon. Katanya, di kompleks perumahan tempat orang tua kita tinggal penjagaannya sudah diperketat. Bahkan, dibuat portal khusus sekarang. Semua yang tinggal di luar kompleks, jika mau masuk, harus dikarantina dulu selama 14 hari.” dr. Arsil menjawab sembari mengambil air mineral dari lemari es. Seolah, itu rumahnya sendiri.

“Saya juga sudah mendengar soal itu, sih. Bapak menelepon seminggu yang lalu. Cuma siapa tahu masih bisa diterobos paksa,” ujar dr. Kenzi penuh harap. “Terus, kalau kita ingin pulang karena kangen rumah, bagaimana?”

“Tidak bisalah. Ditahan dulu rasa rindunya. Tunggu sampai corona pamit pulang. Saya juga dari kemarin mau pulang, tetapi tidak diperbolehkan orang tua. Sebenarnya itu baik juga, sih, agar keamanan lebih tertib dan terjaga. Jadi, kampung halaman tidak mudah tercemar virus yang dibawa dari kota” jawab dr. Arsil.

“Seharusnya ada keringanan dan perkecualian dari peraturan tersebut. Misal, kalau bagian dari anggota keluarga yang dari kota hendak berkunjung, diperbolehkan,” protes dr. Kenzi.

“Peraturan itu wajar tanpa perkecualian seperti itu. Biar adil, semua diperlakukan sama. Dengan diberlakukan seperti itu, kita juga bisa lebih berhati-hati dalam beraktivitas. Tidak sembarangan bepergian ke tempat jauh. Sudahlah, ikuti saja peraturan yang ada. Apa susahnya? Jangan protes terus. Nanti Dokter bisa kena usir kedua kali karena melanggar aturan.”

Lihat selengkapnya