Setelah jalan beberapa minggu. Mulai ada banyak kejadian yang meresahkan warga RW 23, terutama rumah keluarga Pak Haryono. Banyak ikan lele yang dicuri dan tidak sedikit juga yang mati karena diracuni, kemudian, bagian dapur rumah Ibu Laras pun sempat mengalami kebakaran.
Puncaknya, hari ini.
Ada banyak tubuh ikan lele yang berserakan, tergeletak di sekitaran kolam. Saka dan Bima ribut dengan tetangga-tetangga yang lain.
“Ni pasti ulah Mas Gatra ini,” ujar Saka dengan emosi. Ia sudah mengangkat lengan kaosnya, siap adu jontos dengan Mas Gatra.
“Mana buktinya? Ngomong tu pakai bukti,” jawab Mas Gatra gak kalah emosi, dan langsung menempeleng kepala Saka. “Masih bocah, udah ngelawan.”
“Enak aja, siapa yang bocah,” kata Saka. Trus, Bima juga gak terima Saka diperlakukan kayak gitu. Udah lah, kelar. Tinggal, para warga aja yang berusaha memisahkan mereka.
Tapi tetap saja, aksi baku hantam tersebut tidak bisa dihindari. Sampai Pak Damar selaku kepala desa, turun tangan sendiri, untuk menyelesaikan permasalahan ini. Tapi, uniknya kepala desa punya pemikiran yang lain saat melihat kasus ini.
***
“Kamu lagi,” ujar Kepala Desa.
Kezia kali ini hanya bisa menundukkan kepalanya. Ia merasa tidak enak dengan situasi yang terjadi saat ini.
“Kamu ini sebenarnya siapa?”
Kezia heran dengan pertanyaan ini. “Maksudnya?”