Coronavirus Love Story in 'Desa Lele'

Gloria Morgen
Chapter #9

Bab 9

Pada saat Kezia pulang, semua warga RW 23, menyambutnya dengan sangat senang, seperti keluarga. Kezia merasa sangt diterima, dan mulai terselip rasa bersalah di dalam dirinya. Dia merasa bahwa dirinya sangat egois, memikirkan dirinya sendiri dan kelangsungan perusahaannya. Tanpa menghiraukan, perasaan para warga di sini.

Tring… Tring. Ponsel Kezia berbunyi. Di layarnya ponselnya tertulis nama Pak Satya.

“Halo, Pak.”

“Gimana bisnis kita, lancar di sana?”

“Ya, begitulah.” Wajah Kezia menunjukkan rasa malasnya, berbicara dengan investor yang nanya soal duit aja. Dia gak pernah nanya kabarnya Kezia gimana. Seolah-olah dia hanya mesin uang aja.

“Saya rencana, mau datang ke sana minggu depan. Bisa kan ya?”

Kezia langsung saja mematikan panggilan itu. Gak penting banget, ujarnya mengumpat dalam hati. Sekarang, tatapannya teralihkan ke Pak Haryono, Ibu Laras dan para tetangganya, dan pastinya, juga Dimas. Dia gak mau mengecewakan mereka semua yang sudah berkorban banyak, dan menjaganya sampai hari ini.

Ia pun melemparkan senyumannya ke arah Dimas.

                                                                       ***

Saka dan Bima yang mukanya masih memar-memar, akhirnya memilih untuk berdamai dengan Mas Gatra. Mereka tahu, ini semua salah paham saja. Akhirnya, mereka pun saling bahu membahu untuk membangunkan kolam ikan lele di halaman rumah Mas Gatra, sembari bercanda bersama.

Semua warga di RW 23 lainnya pun, mulai bergotong royong membangun kolam-kolam lele, menanam bunga dan wahana bermain. Ibu-ibu bersatu untuk mencoba resep-resep baru. Mereka semua merasa mendapatkan tantangan dari kepala desa, mereka mau membuktikan bahwa mereka semua bisa menjadi percontohan bagi RW-RW yang lain.

Pak Damar pun memberikan pengertian bagi warganya yang lain, agar tidak iri dan melakukan tindakan negatif, supaya tujuan bersama ini, nantinya dapat terwujud dengan baik.

                                                                       ***

“Dimas, makasih ya, yang tadi,” ucap Kezia.

“Santai.” Dimas tersenyum tapi tetap saja sibuk mengetikkan sejumlah pesanan benih ikan lele, di ponselnya.

Kezia menarik lengan baju Dimas. “Dimas, lu gak marah dengan gua?”

“Marah? Ngapain?”

Lihat selengkapnya