Setelah pemerintah Indonesia mengumumkan secara resmi untuk mulai menerapkan New Normal, akhirnya Desa Sukamal pun mulai membuka daerah perbatasannya. Namun, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan penggunaan masker yang sesuai dengan anjuran pemerintah.
Hari ini, beberapa pegawai dari PT Fosforus Indonesia mengamati pembangunan Desa Wisata di RW 23. Mereka tampak tidak senang dengan jalannya kegiatan ini. Menurut mereka, ini semua tidak akan mengubah kenyataan apapun, bahwa tempat ini akan segera dibangun pabrik kimia. “Hanya mempersulit diri sendiri saja,” ujar mereka saling berbisik.
Melihat Mas Gatra yang tidak sengaja menumpahkan tumpukan tanah di rerumputan, pegawai Fosforus berjas hitam, yang berada paling dekat dengan Mas Gatra, langsung berceloteh, “Bodoh banget, bawa ginian aja gak bisa.” Ia pun menendang tumpukan tanah itu, nyaris mengenai Mas Gatra.
“Tolong ya, Mas, jaga sikapnya,” ujar Dimas ke pria angkuh tersebut, sembari membantu Mas Gatra untuk berdiri. Ternyata kakinya lagi terkilir. Dengan sigap, Saka dan Bima turut memapah Mas Gatra yang sedang kesakitan itu.
“Banyak gaya banget,” sindir pegawai kantoran tersebut.
“Ini bukan soal banyak gaya. Ini soal sopan santun. Orang susah itu harusnya dibantuin, bukannya dihina.”
“Lu jangan sok ngajarin gua ya. Orang kampung, tahu apa lu,” bentaknya keras, hingga menarik perhatian banyak orang.
“Saya gak takut dengan orang kayak Anda,” sahut Dimas lantang.
Tiba-tiba seorang pria tegap, berkacamata hitam, bertepuk tangan, mengejek Dimas. Ia berbicara sembari tetap mengenakan maskernya. “Luar biasa! Luar biasa…. Hebat ya warga di sini. Sudah berani buat desa wisata, bisa ngelawan kami lagi. Ckckck. RW 23 memang beda ya.”
Sejumalah pria berjas lainnya, langung datang menghampiri Dimas seolah ingin memukulnya. Mereka tidak senang, salah satu temannya dihina oleh Dimas.
Kezia yang melihat hal ini, berteriak dan menyiramkan air ke pria bermasker tersebut. “Pergi kalian semua dari sini! Jangan ganggu kami!”
Pria tersebut heran saat melihat Kezia. Pegawai lainnya marah ke Kezia, karena menghina atasan mereka. Mereka sudah memegang tubuh Kezia kuat-kuat dan bersiap untuk memukulnya. Tapi pria ini malah berteriak, “Stop! Kalian denger gak saya bilang apa? Saya bilang stop! Lepasin perempuan ini.”