Penjelesan Terkait Proyek di Desa Lele:
Saat ini, masyarakat kelas menengah ke bawah memiliki masalah nutrisi yang cukup tinggi. Salah satu makanan kaya nutrisi adalah daging sapi namun harganya mahal sehingga masyarakat yang kurang mampu tidak dapat membelinya. Tapi tahukah kalian bahwa kandungan nutrisi 1 kg ikan lele setara dengan 0,4 kg daging sapi. Harga ikan lele pun terjangkau untuk masyarakat yang kurang mampu. Dengan mengkonsumsi ikan lele, mereka dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya tanpa harus menguras kantong dalam-dalam.
Tujuan dari proyek sosial bisnis ini adalah meningkatkan kandungan nutrisi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang kurang mampu di Indonesia melalui ikan lele. Masyarakat yang kurang mampu akan diajarkan cara untuk beternak lele. Kemudian ikan lele hasil ternakan ini sebagian (50%) dijual ke pasar dan sebagian lagi (50%) akan diolah untuk menjadi abon, kerupuk dan dorokdok. Yang mengolah ikan lele ini adalah ibu-ibu dari warga desa yang telah diberikan pelatihan sebelumnya. Penjualan ikan lele hasil ternak dan hasil olahan lele ini selanjutnya akan dilakukan oleh warga desa sehingga bisnis ini semakin menyerap banyak tenaga kerja.
Ikan lele segar hasil ternak akan dijual ke pasar-pasar sekitar desa. Sedangkan 70% dari hasil olahan lele ini akan dijual kepada masyarakat yang kurang mampu dengan harga yang terjangkau sehingga mampu meningkatkan kandungan nutrisnya. 30% dari hasil olahan lele tersebut akan dijual kepada masyarakat kelas menengah ke atas dengan harga yang relatif lebih mahal. Tujuan dari penjualan hasil olahan lele kepada kelas menengah ke atas adalah untuk memperoleh keuntungan sehingga bisnis ini dapat terus berlangsung.
Penjualan hasil olahan lele untuk kelas menengah ke bawah adalah ke warung-warung, koperasi, kantin sekolah, klinik, pedagang-pedagang kecil dan melalui penyuluhan mengenai kandungan nutrisi lele. Jika warga desa mampu menjual 10 hasil olahan lele maka mereka akan mendapatkan 1 hasil olahan lele yang dapat dikonsumsi juga oleh keluarganya. Sistem penjualan ini dapat membantu meningkatkan kebutuhan nutrisi keluarga. Selain itu, akan dibuat bungkusan kerupuk dan dorokdok ukuran kecil agar dapat menjadi jajanan sehat bagi anak-anak sekolah.
Sedangkan kegiatan promosi untuk hasil olahahan lele kelas menengah ke atas adalah melalui website, bekerjasama dengan komunitas-komunitas pengembangan dan pemerintahan daerah, menjadi sponsor snack pada acara-acara pemerintahan daerah dan menggunakan media sosial seperti facebook dan twitter. Penjualan juga dilakukan ke grocery shops seperti Yogya atau Borma dan ke toko oleh-oleh seperti Prima Rasa atau Kartika Sari.
Bisnis ini akan diimplementasikan pada satu desa terlebih dahulu. Satu desa ini akan diberikan modal awal sebesar Rp 15.000.000,00 untuk menjalankan bisnis ikan lele. Setelah bisnisnya stabil dan modal awal telah kembali, bisnis ini selanjutnya diimplementasikan ke desa yang lain, hingga nantinya menyebar ke seluruh Indonesia. Bisnis ini realistis untuk diimplementasikan dan dapat berkelanjutan.
Keunggulan dari bisnis ini adalah tidak menghasilkan limbah sama sekali (zero waste). Daging ikan lele dimanfaatkan menjadi abon. Kepala dan tulang ikan lele diolah menjadi kerupuk. Kulit ikan lele diolah menjadi dorokdok. Semua bagian tubuh ikan lele dimanfaatkan menjadi hasil olahan yang memiliki nilai jual. Jadi bisnis ini ramah lingkungan.
Jenis ikan lele yang akan diternakkan adalah sangkuriang. Ikan lele jenis ini memiliki kandungan omega 3 yang tinggi, mampu memproduksi sebanyak 40.000-80.000 telur dan dagingnya berwarna putih serta tidak berserat. Keunggulan-keunggulan inilah yang membuat ikan lele sangkuriang banyak diternakkan di Indonesia.
Target pertama untuk pengaplikasian proyek sosial bisnis ini adalah di Desa Lele, terdiri dari 83 RT, 23 RW, 3200 keluarga dan 12000 jiwa. Satu tahun yang lalu, warga desa ini telah beternak lele namun mereka mengalami kesulitan dalam memperoleh air, keterbatasan keterampilan dalam beternak lele serta memiliki keluhan akan bau lele yang tidak baik untuk kesehatan.
Solusi untuk mengatasi permasalahan air di desa ini adalah dengan cara melapisi kolam ikan lele dengan terpal. Penggunaan terpal menyebabkan air tidak kontak langsung dengan tanah dimana tanah memiliki karakteristik sebagai penyerap air. Masalah keterampilan beternak lele dapat diatasi dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan secara rutin oleh orang-orang yang ahli dalam bidangnya.
Sumber utama dari bau pada kolam ikan lele adalah makanan yang diberikan kepada ikan lele itu sendiri. Umumunya, masyarakat memberikan kotoran, makanan bekas ataupun limbah sebagai makanan ikan lele maka sudah sewajarnya, kolam ikan lele itu menjadi bau. Cara mengatasinya adalah dengan mengganti makanan ikan lele tersebut dengan makanan organik seperti daun pepaya, pete maupun singkong. Jenis-jenis daunan ini selain tidak menimbulkan bau pada kolam, juga mampu meningkatkan daya tahan dan kekebalan bagi ikan lele. Tanaman pepaya, pete maupun singkong dapat ditanami di sekitar kolam sehingga penggunaan daun-daunan ini sebagai makanan tidak membutuhkan biaya khusus.