CORONG SPEAKER

Raja Muda Hasibuan
Chapter #2

MENANGANI ORANG PEMALU ITU CUKUP MEREPOTKAN (1)

 

Sebagian besar orang menganggap bahwa mata adalah bagian tubuh terindah pada diri manusia. Atau ada juga yang bilang bahwa hidung adalah organ terbaik yang dianugerahkan oleh Tuhan. Namun sesungguhnya mereka salah besar! Bagian tubuh yang paling indah yang melekat pada diri manusia adalah kulit.

 

Kulit adalah topeng alami untuk menutup semua keburukan yang ada pada tubuh manusia. Apa kau bisa membayangkan bila dirimu berjalan tegak tanpa ada sehelai kulit yang menutupi? Tidak. Kau tak perlu membayangkannya karena itu hanya akan membuatmu muntah belatung selama sebulan dalam mimpi burukmu.

 

Lalu, sejauh mana kulit itu begitu berguna bagi kehidupan manusia? Setidaknya kulit bisa membuatmu lebih percaya diri untuk berdiri tegak menghadapi dunia. Tidak ada yang perlu disembunyikan seperti aib. Dan tidak perlu malu untuk bertemu dan berinteraksi dengan sesama.

Ya, memang seharusnya tidak perlu merasa malu untuk berinteraksi bila kita memiliki kulit. Dia takkan membuatmu terlihat seperti zombie. Tapi tetap saja masih ada yang tidak percaya diri meski kulit indah melekat pada dirinya. Seperti yang sedang kuhadapi sekarang dengan klienku ini. Bukan. Klien kami. Setidaknya aku harap begitu.

“Nama Reliam. Murid kelas X-5. Masalah yang dihadapi adalah rasa malu yang berlebihan. Hingga kamu tidak bisa cepat berbaur dengan teman-teman di kelasmu. Benar begitu?”

Reliam mengangguk. Raut wajahnya memang menunjukkan ekspresi malu-malu. Rok bagian atasnya diremas-remas dengan ujung-ujung jarinya. Tampak sedikit gelisah, kaku, dan terlalu gugup. Hanya dengan melihatnya saja aku bisa memvonis bahwa ia tidak bakal lulus seleksi dalam audisi pencuci pakaian rumah tangga.

“Nah, apa kalian punya ide?” aku mulai bertanya dari kursi penerima tamu pada rekan timku. Walau tak ada yang kuharapkan dari mereka.

“Menurut pengalamanku, laki-laki itu tidak akan jauh-jauh dari pertikaian dan perkelahian. Saling adu tinju dalam pergaulan. Tinju juga bisa menyampaikan sesuatu yang tidak bisa disampaikan oleh ucapan. Kalau kamu berkenan, izinkan aku untuk meninju siapa saja yang tidak mau berteman denganmu,” saran Eru dengan muka semangat sambil mengayunkan tinjunya ke udara.

Ide yang bagus. Adu tinju demi mempererat pertemanan. Saling baku hantam untuk mengenal satu sama lain. Yah, terkadang memang beberapa pria melakukan cara yang seperti itu. Hanya saja satu hal yang kamu lewatkan, Eru. Apa kamu tidak lihat kalau klien kita ini perempuan?

“Kamu itu hanya perlu menarik perhatian mereka. Tebar pesonalah sedikit. Tunjukkan sisi kemenarikanmu, atau kelebihan yang kau punya. Mudah, kan? Sederhana juga,” ungkap Tifa agak ketus yang duduk santai di sofa mini di sisi ruangan.

Hal yang seperti itu hanya bisa dilakukan olehmu. Sang primadona kelas. Suatu kemustahilan menyuruh cewek dengan penampilan biasa-biasa – satu golongan denganku – untuk tebar pesona seperti Liam.

“Huaaah ... bayar aja lah. Semua bisa selesai dengan uang,” ujar Pito yang juga duduk santai di sebelah Tifa sambil mencicipi kripik kentang.

Andai semua bisa dibeli dengan uang, aku sudah akan bertamasya ke Segitiga Bermuda dengan jaminan keamanan dan keselamatan seratus persen. Jawaban ngaco! Mendengar itu semua, aku jadi menyesal meminta pendapat dari mereka bertiga. Walau satu tim, tapi sepertinya yang bekerja hanya aku.

“A -anu ... aku ...,” Liam angkat bicara. Wajahnya masih sama. Sedikit memerah, cukup gelisah, walau tak mendesah. Ia tak berani menatapku, mungkin khawatir wajahnya akan semakin memerah.

Aku menatap gelagat tubuhnya yang gugup itu. Ini akan memakan waktu. Seorang konsultan profesional sekalipun butuh data yang cukup dari pasiennya agar masalah yang dihadapi lebih mudah ditemukan titik terangnya.

“Jangan terlalu sungkan, Liam. Keluarkan saja semua unek-unekmu agar kami lebih mudah mengatasi masalahmu.”

Lihat selengkapnya