“Grazia. Maaf mengganggu lamunanmu, tapi supirku sudah tiba.” suara dari Catalina menyadarkan Grazia dari lamunannya terkait sejarah negara yang baru saja ia datangi kembali.
“Ya baiklah.” Ucap Grazia yang akhirnya segera menghabiskan kopinya dan bergegas membawa kopernya untuk berjalan ke mobil. Tidak lupa ia sempat-sempatnya meledek Catalina, akibat waktu tunggu yang cukup lama. “Kau tahu aku hampir saja berpikir, kita akan pergi ke tempatmu menggunakan Bus Kota.”
“Aku tidak yakin wanita Eropa sepertimu akan sanggup naik bus di negara ini, mengingat tingkat kekerasan dan pelecehan di angkutan umum kota ini sangat tinggi.” ucap Catalina yang kemudian menyerahkan tasnya kepada seorang pria paruh baya berkumis tebal dan berambut botak, yang baru saja turun dari mobil Mitsubishi Montero Sport putih.
Pria tersebut adalah Luis Fernando, atau biasa dipanggil LuisFe, supir pribadi Catalina. Usai memasukkan barang Catalina, LuisFe berganti memasukan barang Grazia ke bagasi. Grazia dan Catalina kemudian masuk ke bangku belakang. Tidak lama kemudian LuisFe menyalakan mesin mobil dan membuat mobil tersebut pergi keluar dari bandara. Grazia kemudian melihat pemandangan kota Santa Patricia yang sudah berubah total sejak terakhir ia pergi meninggalkan negara ini. Walaupun ia tidak meninggalkan negara ini melalui penerbangan dari Santa Patricia, melainkan melewati Kosta Rika, karena bandara Cristian Sepulveda sudah ditutup total sejak awal 2015, dan Grazia termasuk dalam kategori yang tidak beruntung, karena gagal untuk dievakuasi ketika awal perang sipil berkecambuk. Kendatipun, ia sama sekali tidak melihat situasi kota Santa Patricia secara langsung kala perang sipil berkecamuk, namun ia bisa melihat situasi kota ini di berita kala itu, yang mana situasinya benar-benar kacau dan tanpa kehidupan. Bangunan-bangunan kosong yang rusak dan dijaga sejumlah tentara bersenjata nampak menghiasi jalanan di kota Santa Patricia. Akan tetapi, bangunan-bangunan rusak tersebut saat ini sudah diperbaiki dan didalamnya sudah terdapat sejumlah aktivitas. Kelihatannya warga Costa Blanca sedang berusaha membangun kembali negara ini dan melupakan bahwa perang sipil pernah terjadi.
“Negara ini kelihatannya benar-benar sudah berubah ya, Cata?” ucap Grazia kepada Catalina.
“Secara fisik mungkin iya. Tapi percayalah semua ini hanya terlihat indah di permukaan” timpal Catalina sembari memperbaiki posisi duduknya.
“Ngomong-ngomong sekali lagi, selamat atas kenaikan pangkatmu. Pasti menyenangkan bisa Kembali ke negara ini sambil diantar supir dengan mobil mewah ini.” Ucap Grazia yang walaupun dalam kondisi lelah, tetap berusaha untuk merasa senang dengan pencapaian teman lama dan mantan atasannya tersebut.
“Sejujurnya satu-satunya alasan kenapa aku bisa kembali mendapatkan jabatan itu karena tidak ada yang menginginkan serta aku adalah satu-satunya orang yang dianggap tahu kondisi negara ini.” Ucap Catalina sembari menghela nafas sejenak.
“Ngomong-ngomong, aku masih penasaran, kenapa kau sampai rela mendatangiku di Lugano hanya untuk memberi tahu soal kabar Noelia. Kau tahu, kau bisa mengabariku lewat ponsel atau email. Kita tidak hidup di era 1960-an.” Grazia kali ini mengalihkan pembicaraan ke hal lain sambil mencoba menatap Catalina.
“Entahlah. Mungkin aku hanya ingin menyampaikan hal itu secara langsung kepadamu sembari menghadiri acara penting dalam hidupmu.” Ucap Catalina sambil tersenyum kepada Grazia, namun jawaban itu sepertinya belum memberikan Grazia rasa puas.
“Cata, aku tahu, itu bukanlah alasanmu yang sebenarnya.”
“Dengar Grazia.” Catalina kemudian memegang tangan Grazia untuk menenangkan dirinya. “Sejujurnya, aku hanya ingin memastikan dirimu baik-baik saja usai mendengar berita tersebut. Aku khawatir jika aku memberi tahu dirimu melalui telpon atau internet, maka aku tidak bisa memastikan itu.”
“Sejujurnya, itu sangatlah konyol.” Grazia melepaskan tangannya dari genggaman Catalina. “Kau tahu aku bersama dengan Mama-ku dan selama ada dirinya aku akan baik-baik saja.”
“Ya, aku tahu itu. Hanya saja, akan lebih baik jika aku bisa memastikan langsung.” Catalina masih mempertahankan alasannya.