"Mandi sana. Kau bau ...," ujar Arslan sembari menutupi wajahnya.
"..." Yulia hanya bisa diam sembari tersipu malu mendengar perkataan itu.
Ia pun bergegas pergi kearah pintu hitam yang ditunjukkan oleh Arslan. Dia tak menyadari adanya pintu itu, karena cat hitam pintu yang menyatu dengan warna dinding kamar. Selang setelah beberapa saat Yulia membasuh dan membersihkan diri, dia pun keluar untuk mengenakan baju kiriman Arslan. Namun anehnya dia tak mendapati siapapun selain dirinya.
"Nona Nuan...,"
"Ah!" Yulia sontak kaget, tak menyangka mendengar suara Albert yang tak ada wujudnya disini.
"Maaf mengejutkan anda. Saya berbicara lewat speaker seluler. Nyonya Giselle mengajak anda makan malam bersama. Kalau anda berkenan, anda bisa bergabung sekarang ke meja makan," jelas lembut Albert.
"Ah ..., baiklah. Saya akan ke sana," Yulia berkata canggung.
Yulia tak menyangka akan kedapatan ajakan makan malam bersama dengan keluarga Arslan. Apalagi menyadari hubungannya dengan Arslan yang tak terlalu dekat untuk bisa berada dalam situasi itu. Namun ajakan yang hangat seperti itu tidak boleh di tolak kan? Apalagi perut Yulia sedang keroncongan dan ingin di isi yang hangat-hangat .
Yulia berjalan keluar dari kamar Arslan dengan canggung. Namun dia sudah sedikit tenang, apalagi karena sweater rajut pink yang terasa hangat ia pakai saat itu. Yulia lalu menuju ke dapur, dan dari sana ia mengenal sosok wanita yang sangat anggun tadi.
"Halo, Nona Nuan. Ayo duduk disini!" Sapa wanita anggun itu.
"Saya ibu Arslan; panggil saja tante, atau kalau mau panggil ibu juga tidak masalah!" Si Wanita dengan ramah tertawa lembut setelahnya.
Yulia dengan malu-malu membalas candaan itu dengan tawa kecil. Suasana dapur yang besar dengan hujan deras menerpa diluar, membuat tenggorokan siapapun menginginkan sesuatu yang hangat mengalirinya. Tentunya makanan di dapur saat itu menjadi sangat menggoda, yang berupa Sup Ayam dengan Bubur Beras Merah dan chili oil yang harum nan panas.
Yulia merasakan kehangatan dalam senyuman sang ibu, sembari mereka menikmati hidangan makan malam itu. Entah mengapa ini memberi kesan nostalgia bagi Yulia, ia mulai mengingat kembali kebersamaan yang sering ia rasakan bersama keluarganya dahulu.
"Ibu masak apa untuk makan malam? Ayah sudah tak sabar ingin makan!" ujar Ayah bersemangat, di ikuti tawa Yulia dan kakaknya serentak di meja makan.
"Sup Pho panas, harum semerbak chili oil, dan suasana hangat rumah di barengi hujan deras. Aku merindukannya..." Ujar Yulia dalam benaknya.
Namun Yulia kembali tersadar, sekarang adalah sekarang. Nikmati saja apa yang bisa dia nikmati selagi masih ada.
Yulia mulai menikmati hidangan makam malam dirumah Arslan dengan lahap, dia juga mulai terbawa suasana hangat hubungan manis Arslan dengan adik kembarnya itu. Arslan terlihat feminime dengan gelagat kakak perempuan yang pedulian, sebuah sisi yang Yulia pikir tidak akan muncul dengan mudah dari diri Arslan.
"Kak, masa tadi si gempal merah ingin mengambil permen ku! Karena kesal aku jahili saja dia seperti yang kakak ajari!" Kata si adik laki-laki kepada Arslan dengan bangga.
"Oh ya? Kalian apakan dia?" Respon Arslan penasaran.
"Yihua berlari ke arahnya, lalu menendang kakinya kak! Sedangkan aku hanya memberi serbuk cabai di ice-cream nya! Benar-benar, Yihua pembuat onar!" Kata si adik laki-laki menimpali.
"Yah habisnya ..., dia merobek kertas gambar ku kak. Karena dendam, aku tendang saja dia. Lagian, kau juga sadis Yong! Masa kau kasih bubuk cabai yang level 5? Untung dia cuma kepedesan, bukan sakit perut." Balas Yihua membela diri.
"Bwahahah. Kalau memang sudah karma, tidak ada kata yang sadis atau keterlaluan. Itu sudah cocok untuknya!" Ujar Arslan disambung tawa si Kembar.
"Wow, luar binasa. Kelakuan-kelakuan adik Arslan tidak jauh berbeda dengannya yah ...." Batin Yulia tak habis pikir.